-->
logo

INNER POWER : Kecerdasan Spiritual Meroketkan Potensi Diri

Hot News

Hotline

INNER POWER : Kecerdasan Spiritual Meroketkan Potensi Diri

 


SKJENIUS.COM, Jakarta.— Ketangguhan perekonomian nasional sebuah negara satu diantara indikatornya bisa dilihat dari rasio jumlah pengusaha dengan jumlah penduduknya. Rata-rata negara maju yang memiliki ekonomi stabil, memiliki rasio pengusaha 14 persen. Artinya, 14 persen penduduk di negara tersebut adalah pengusaha. Namun, posisi Indonesia dalam hal rasio jumlah pengusaha masih rendah.

Karena itulah, Indonesia membutuhkan banyak wirausahawan muda untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Saat ini rasio wirausahawan Indonesia dibandingkan dengan populasi penduduk masih rendah. Rasio jumlah pengusaha Indonesia baru 3,1 persen, lebih rendah dari Singapura, Malaysia, Thailand bahkan Vietnam.


Untuk menjadi seorang pengusaha yang sukses tak cukup hanya mengandalkan kemampuan intelektual dan kecakapan manajemen (Being Smart is Not Enough). Namun aspek kecerdasan spiritual dalam berwirausaha, Spiritual Question (SQ), juga memegang peranan penting untuk membangun sebuah usaha. Hampir sebagian besar pengusaha besar dunia baik Muslim maupun non-Muslim memiliki kecerdasan spiritual.


Kecerdasan Spritual merupakan kemampuan seseorang untuk bisa memahami makna yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat sehingga bisa memiliki fleksibilitas ketika menghadapi persoalan yang ada di dalam masyarakat. Dalam artian, kecerdasan tersebut bisa digunakan untuk menempatkan perilaku serta hidup ke dalam konteks dengan makna yang lebih luas, keceradasan tersebut nantinya akan menilai jika tindakan ataupun jalan hidup dari seseorang akan lebih bermakan dibandingkan dengan yang lainnya. 


Jadi, Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai positif. SQ merupakan fasilitas yang membantu seseorang untuk mengatasi persoalan dan berdamai dengan persoalannya itu. Maka, Kecerdasan Spritual (SQ) sebenarnya merupakan landasan yang digunakan untuk memfungsikan Intellegent Quotient (IQ) serta Emotional Quotient (EQ) dengan efektif. Karena itu, Kecerdasan Spiritual Mampu Meroketkan Potensi Diri.

Potensi Spiritual Sebagai Akar Dari Potensi Diri


Bicara tentang Potensi Diri, berarti mengkaji tentang Potensi Spiritual. Membahas potensi

spiritual berarti bicara tentang hakikat manusia. Manusia di ciptakan di muka bumi mengemban dua tugas. Yaitu:

  1. Sebagai Hamba,
  2. Sebagai Pemimpin (Khalifah)

Sebagai hamba manusia punya tugas untuk mengabdikan hidupnya kepada sang pencipta. Wujud dari pengabdian tersebut di sebut dengan ibadah. Ibadah bentuknya bermacam-macam dari yang bersifat ukhrowi (Sholat, Dzikir, Puasa, Haji, dsb) maupun duniawi (Sekolah, bekerja, bersosialisasi dsb). Sedangkan manusia sebagai pemimpin punya makna bahwa manusia mempunyai tugas untuk memimpin, minimal memimpin dirinya sendiri dalam mengontrol hawa nafsu.


Karena itu, sebagai hamba-Nya, kita harus memahami apa alasan Allah dan mengapa Dia menciptakan kita sebagai manusia dan memberikan kita kesempatan untuk hidup di dunia ini. Mari kita renungkan sejenak, apa anugerah terciptanya makhluk yang bernama manusia?


“Dan (ingatlah) ketika Rabb-mu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” (QS. Al Baqarah : 30).


Kata Khalifah pada ayat di atas berkenaan dengan peristiwa penciptaan manusia pertama, yakni Nabi Adam a.s. Dalam KBBI, “manusia” diartikan sebagai makhluk yang berakal, berbudi, dan berperasaan. Sementara dalam bahasa Arab, kata “manusia” sepadan dengan kata nas, basyar, insan, dan masih banyak lagi persamaan-persamaan lainnya.


Akan tetapi walaupun memiliki persamaan, tiga kata tersebut ternyata memiliki kecenderungan arti masing-masing seperti nas yang lebih merujuk kepada makna manusia sebagai makhluk sosial. Insan lebih merujuk kepada manusia dengan seluruh totalitas jiwa dan raganya. Sedangkan basyar lebih merujuk kepada makna manusia sebagai makhluk biologis.


Manusia dibekali berbagai kekuatan dalam diri dan potensi kemampuan memahami berbagai macam ilmu, karena manusia dibekali akal yang dengannya bisa berpikir dan mengolah berbagai macam ilmu pengetahuan. Suatu kemampuan yang tidak dimiliki makhluk lainnya.


“Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!. Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana. Dia (Allah) berfirman, “Wahai Adam! Beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu!” Setelah Adam menyebutkan nama-namanya, Dia berfirman, “Bukankah telah Aku katakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?” (QS: Albaqoroh: 31-33)


Kemampuan manusia untuk menggunakan akal dalam memahami lingkungannya merupakan potensi dasar yang memungkinkan manusia Berfikir, dengan Berfikir manusia menjadi mampu melakukan perubahan dalam dirinya, dan memang sebagian besar perubahan dalam diri manusia merupakan akibat dari aktivitas Berfikir, oleh karena itu sangat wajar apabila Berfikir merupakan konsep kunci dalam setiap diskursus mengenai kedudukan manusia di muka bumi, ini berarti bahwa tanpa Berfikir, kemanusiaan manusia  pun tidak punya makna bahkan mungkin tak akan pernah ada.


Namun demikian perlu di ketahui pada dasarnya dasar atau akar dari semua potensi adalah potensi spiritual.  Karena sehebat apapun potensi intelektual, emosi, dan fisik tanpa dasar potensi spiritual yang kuat akan mudah goyah oleh terpaan keadaan. Sehingga banyak orang yang memiliki kemampuan tersebut terjerumus dalam tindakan-tindakan yang tidak benar.


Manusia tetaplah sebagai makhluk eksistensialis, meski dilengkapi dengan unsur tadi. Karena manusia, meskipun ia adalah makhluk ciptaan yang terbaik, ia tetap mengalami naik-turunnya derajat di sisi Allah. Bahkan, tidak mustahil akan turun derajatnya ke tingkat yang lebih rendah dari binatang (asfala safilin). Karena itu kesempurnaan eksistensi manusia baru akan tercapai manakala ia mampu mensinergikan berbagai potensi kecerdasan yang dimilikinya berada dalam kendali potensi spiritual.


Dengan demikian, penting bagi kita untuk membuka hati dan menyadari, betapa penting manusia menelusuri hal-hal paling esensial mengenai dirinya di era milenial ini. Sebab, bila hanya mengandalkan kecerdasan intelektual, ternyata manusia tak sanggup untuk mencapai derajat dan martabat tertinggi dalam mencapai ketentraman dan kedamaian hidup ini.


Developing Spiritual Intelligence: The Power of You


Allah berfirman : “Khudzu ma ma atainakum bi quwwatiw wadzkurur ma fihi la'allakum tattaqun."


"Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu, serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya agar kamu menjadi orang-orang bertakwa.".(QS 7 Al A'raf ayat 171)


Guru Mursyid kita, Allahyarham KH. Muhammad Nasir Abdullah menafsirkan ayat tersebut:  "Rebutlah Kekuatan-kekuatan yang sudah Allah berikan dalam dirimu dan perhatikan serta dayagunakan apa isinya agar kamu menjadi orang yang taqwa."


Beliau menjelaskan, ada Tiga Kekuatan pada DIRI Manusia yaitu Rasa (Hati/Qalbu), Cipta   (Daya Pikir/Mind), Karsa (Kehendak/Nafs/Soul). Ketiga Potensi inilah yang menjadikan manusia sebagai Ciptaan Allah paling Sempurna


Sebagaimana ditegaskan Allah : "Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang." (QS. Al-Infithar : 7).


"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." (QS. An Nahl : 78).


Badan Diri manusia, lahir batin, sudah dirancang Allah dengan sangat canggih. Dengan kemampuan yang ada pada DIRI manusia itu, memungkinkan manusia untuk memiliki kekuatan di luar batas normal (Super Power). Sehinggga mampu melaksanakan tugasnya sebagai Khalifah Allah di muka bumi.


Sebagaimana sudah dijelaskan oleh Guru Mursyid kita,  diatas, manusia memiliki TIGA POTENSI dalam dirinya, yaitu rasa, cipta, dan karsa. Maka, pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang, selaras dan harmonis. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidak-utuhan perkembangan sebagai manusia. 


Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Bahkan bukan mustahil menjadi koruptor karena tidak punya Budi Luhur dan Rasa Malu. Namun sayangnya, ternyata pendidikan sampai sekarang ini, memang baru sampai pada peningkatan Daya Pikir, belum sampai pada pengembangan Daya Cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan Olah Rasa dan Olah Karsa. (az).





This blog is created for your interest and in our interest as well as a website and social media sharing info Interest and Other Entertainment.