-->
logo

Bagaimana Menavigasi Perubahan dan Menyemai Spiritualitas di Era Millenial?

Hot News

Hotline

Bagaimana Menavigasi Perubahan dan Menyemai Spiritualitas di Era Millenial?

 

SKJENIUS.COM, Cikarang.— Kaum Millenial dan Generasi Z identik dengan generasi yang kreatif, produktif, dan juga dekat dengan teknologi. Bagi mereka dunia digital sudah menjadi bagian dari realitas. Namun, di balik itu semua terdapat sejumlah ‘penyakit’ yang mengintai para milenial dan generasi z atau generasi zaman now itu


Demikian disampaikan Ketua Dewan Pakar Majelis Dakwah Al-Hikmah (MDA), Idris Maulana Zamri, SE, Ak, CA, kepada wartawan seputar Tantangan Generasi Mileniel di Era Disrupsi, di Pendopo Al-Hikmah, Cikarang Jawa Barat. “Revolusi industri 4.0 mendorong terjadinya disrupsi dalam berbagai bidang yang memberikan tantangan dan peluang, termasuk bagi generasi milenial,” imbuhnya.


Diungkapkannya, saat ini kita mengalami dua disrupsi yang luar biasa yaitu bidang teknologi karena revolusi industri 4.0 dan gaya hidup karena adanya perubahan generasi yang menyebabkan perubahan gaya hidup. “Karena itu, kita risau melihat kenyataan bahwa kaula muda yang nampaknya lebih mementingkan pemenuhan gaya hidup dan materialisme dibanding pemenuhan untuk masa depan jangka menengah maupun panjang,” kata Idris.


Padahal, menurut Idris, kaula millennial merupakan kaum muda yang diharapkan dapat mencapai cita-cita dan menjadi generasi penerus bangsa. Tetapi kecenderungan saat ini, kaum millineal justru banyak yang terpapar virus sekulerisme-kapitalis. “Hedonisme, konsumerisme, dan materialisme serta individualisme adalah deretan ‘penyakit duniawi’ yang menggerogoti nilai-nilai spiritualitas kalangan generasi zaman now itu,” paparnya lebih lanjut.


Sehingga, kata Idris, pada umumnya para generasi muda itu hanya mementingkan sesuatu yang tampak lahiriah saja. Batiniahnya terkikis. Kesadaran akan nilai-nilai spiritualitas berada pada titik nadir –bahkan minus.


Menyemai Spiritual Transformatif di Komunitas Millenial dan Generasi Z


Sehubungan dengan hal tersebut di atas, kata Idris, Majelis Dakwah Al-Hikmah berupaya Menavigasi Perubahan dan Menyemai Spiritualitas di Era Millenial ini. “Hal ini dilakukan untuk membimbing generasi milenial dalam menghadapi derasnya arus perubahan dan keinginan membangun Peradaban Islam Indonesia dalam perspektif Spiritual Transformatif,” ujar Ketua Dewan Pakar MDA itu.


Pada era milenial ini, paparnya lebih lanjut, bagaimana Spiritual Transformatif ini bisa masuk di alam pikiran generasi milenial? “Pasalnya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tak diimbangi dengan ajaran agama yang luhur membuat generasi millennial menjadi rakus dan jauh dari Allah,” katanya,


Sementara itu, di sisi lain, menurut Idris, dari latar belakang sosial, psikologi dan politik, kini kita dapati fenomena sebagai “keriduan” pada yang natural atau original. Ingin beragama yang tidak kaku, ingin hidup bahagia, ingin ibadah yang tenang dan aman. Ruang spiritual yang terisi dengan ketenteraman, ketenangan, kebahagiaan dan tetap dalam jalan hidup yang benar


“Karena itulah kehadiran spiritual transformatif sangatlah dirasakan relevansinya, pertama merupakan bagian dari respon perubahan di tengah disrupsi.  Kedua, untuk melawan perubahan waktu yang tidak terduga, para millenial di ajak kembali ke ajaran spiritual, untuk menghindari negativitas.  


Ketiga, mentalitas para penghayat dan pengamal spiritual transformatif yang kuat membuat mereka berkeliling Indonesia untuk menciptakan peradaban baru.  Keempat, sikap dan teladan toleran para spiritualis transformatif menjadi andalan dalam mencapai misi mereka,” katanya menjelaskan.


Revitalisasi Tasawuf di Era Revolusi Industri 4.0


Spiritual Transformatif, ujar Ketua Dewan Pakar MDA adalah upaya Revitalisasi ajaran Taasawuf yang diwariskan para Guru Mursyid kita di era revolusi industri 4.0 ini. Orang yang mengamalkan Spiritual Transformatif itu memiliki ketenangan batin yang luar biasa. Dia memiliki rasa tidak memiliki. Jika, para Millenial dan generasi Z bisa mengamalkan nilai-nilai Spiritual Transformatif, maka akan terbangun kesalehan sosial dan kepedulian terhadap sesama. 


Kehadiran Spiritual Transformatif semakin bermakna, ketika spiritual transformatif mampu menjadi oase di padang pasir yang tandus dan gersang bagi masyarakat modern, khususnya kalangan millenial dan generasi z yang mengalami krisis spiritual. Spiritual transformatif akan menjadi solusi yang tepat ataupun obat bagi modernisasi dengan segala dampak dan konsekuensinya. 


Spiritual Transformatif dengan ajaran kerohaniannya dan akhlak mulianya semakin berperan penting dalam kehidupan masyarakat yang mulai terkikis dengan moral yang luhur. “Spiritualitas yang dulunya diklaim menjadi salah satu penyebab kemunduran Islam, dan ditanggapi dengan sikap yang negatif oleh beberapa tokoh Islam ketika itu, seperti Fazlur Rahman dan Al-Faruqi, kini semakin mendapat tempat di kalangan generasi millennial yang serba modern,” jelasnya.


Idris mengatakan, Intisari dari konsep Spiritual Transformatif yang ditawarkannya adalah Islam yang memikirkan dan menyelesaikan pelbagai persoalan sosial dan kemanusiaan yang dihadapi oleh umat manusia. “Gagasan ini berangkat dari kritik terhadap teologi/kalam tradisional yang selalu terjebak dalam trend pemikiran skolastik. Di samping itu, karakter khas dari skolatisme Islam yang masih dipertahankan hingga kini adalah legal-sentrisme atau fiqih-sentrisme. Segala sesuatu yang berupa kreativitas rasional alam pikir manusia, dihukumi dengan istilah benar dan salah,” tegasnya. 


Spiritual transformatif pun berbicara tentang aspek vertikal yaitu tauhid kepada allah SWT, dan aspek horizontal yaitu cinta kepada sesama makhluk. “Spiritual transformatif merupakan upaya untuk pelibatan diri seorang millenial dalam memperbaiki dan mengubah kehidupan masyarakat,” tandasnya.


Karena itulah spiritual  transformatif, menurut Idris tidak menekankan sikap spiritualisme pasif dan isolatif (i’tizaliyah), tetapi ajaran spiritual dijadikan spiritualisme aktif dan dinamis dengan menjadikan spiritualitas sebagai sumber nilai dan semangat untuk menjadikan masyarakat lebih berkarakter, mandiri, dan sejahtera. “Spiritual transformatif ingin membantu masyarakat, terutama kaum millenial dan generasi z untuk menyelesaikan berbagai problematika kehidupan,” pungkas Ketua Dewan Pakar Majelis Dakwah Al-Hikmah itu. (az).


This blog is created for your interest and in our interest as well as a website and social media sharing info Interest and Other Entertainment.