-->
logo

MANAJEMEN ILAHIYAH : Kearifan Manajemen Spiritual untuk Mengatasi Kemelut Bisnis dan Keuangan

Hot News

Hotline

MANAJEMEN ILAHIYAH : Kearifan Manajemen Spiritual untuk Mengatasi Kemelut Bisnis dan Keuangan


SKJENIUS.COM, Jakarta.— Siapa Sangka Raksasa Kapitalisme Tumbang Dihantam Corona. Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa sudah terpuruk ke jurang resesi. Menyusul kemudian 44 negara kapitalis lainnya ikut mengalami kemelut ekonomi.


Padahal, selama ini, bagi kaum sekuler dan liberal di Barat maupun pengikutnya di Timur, peradaban kapitalismetermasuk sistem ekonominya dianggap sistem yang paling hebat. Namun semua itu hanya ilusi belaka. Kini Kapitalisme telah diambang kematiannya. Lonceng kematian Kapitalis yang berakar pada Sekularisme bergema seiring dengan ancaman krisis global. Pasalnya, Resesi bila tak segera di atasi maka negara bisa jatuh ke dalam krisis ekonomi.


Tanda-tanda kehancuran sistem ekonomi Kapitalisme sudah terlihat seiring merebaknya pandemi covid-19. Tanda kematian itu tampak jelas pada kondisi Amerika Serikat yang menjadi jantung peradaban Barat. Krisis keuangan yang dialami oleh Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya di Eropa menunjukkan betapa rapuhnya sistem Kapitalis itu. Terutama bagaimana menangani masalah ekonomi di masa pandemi, beberapa negara telah mengalami resesi. 


Resesi Ekonomi yang menimpa negara Super Power Amerika Seikat mengguncang perekonomian global dan imbasnya ikut dirasakan seluruh dunia, menunjukkan rapuhnya sistem ekonomi kapitalis yang dianut negara adidaya itu dan mayoritas negara di dunia. Bahkan, Pemimpin gereja Katolik Roma Paus Fransiskus menilai pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa kebijakan pasar bebas tidak dapat menyelesaikan semua kebutuhan paling penting umat manusia.


Bagaikan Satu Coin, pandemi Covid-19, selain mencemaskan karena mengancam kesehatan dan memporak-porandakan perekonomian, namun di sisi lain ternyata pandemi ini membuka kebobrokan sistem Kapitalis. Alhamdulillah! Semoga kondisi ini membangkitkan kesadaran spiritual rakyat Indonesia. Pandemi virus Corona merupakan sebuah teguran dari Allah SWT untuk mengajak kita kembali ke pusat kesadaran.


Hikmah terbesar dari pandemi Covid-19 menyadarkan betapa kecilnya manusia di hadapan kekuasaan Allah SWT. Amerika Serikat dan Eropa, serta negara-negara besar dunia saja goyah. Inilah mengapa pentingnya untuk kita menuju ke pusat kesadaran bahwa ada kekuasaan yang lebih besar, yakni Allah Yang Maha Kuasa.


Jadi, melalui pandemi, Allah membangkitkan Kesadaran (Consciousness) kita akan pentingnya penguatan Kesadaran Ketuhanan. Artinya, kita seperti disadarkan adanya sumber energi yang jauh lebih besar untuk menyelami dan menjelajahi kesalaman spiritual kedirian. “Lā haula wa lā quwwata illā billāhil 'aliyyil azhīmi.”Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.


Ilahiyah Management: Islamic Management Wisdom for All Human Beings


Sebelum pandemi covid-19, globalisasi nyaris membawa seluruh masyarakat dunia hidup dalam satu sistem ekonomi, yaitu kapitalisme. Masyarakat tidak punya pilihan lain, karena kekuasaan kapitalisme begitu kokoh dan kuat mencengkeram seluruh aspek kehidupan manusia. Globalisasi adalah kata lain dari neo-imperalisme!Penjajahan ekonomi oleh negara-negara Barat atas negara-negara miskin dan lemah ekonomi dan teknologi itu kini masih terus berlangsung.


Industrialisasi mulai dari makanan hingga teknologi canggih, dari software hingga hardware diselenggarakan dengan sistem kapitalisme,sistem yang mengeksploitasi sumber daya alam dan manusia dengan memaksimalkan kapital, namun tanpa memperhatikan dampak dan risiko negatif.


Tegaknya peradaban Barat di atas landasan pemisahan agama dari kehidupan, serta gambarannya tentang kehidupan sebagai manfaat semata, merupakan dua hal yang menjadikan peradaban Barat berkarakter hina dan buruk, yakni penjajahan atau imperialisme. Pandemi corona telah membongkar keseluruhan karakter buruk peradaban mereka.


Oleh karena itu, marilah ancaman pandemi dan resesi ekonomi ini, kita jadikan momentum untuk mengadakan perubahan tata ekonomi dunia dan mengecam "kolonialisme baru" oleh lembaga-lembaga yang menerapkan program pengetatan ekonomi (austerity) dan membela kaum tertindas, para yatim dan dhu’afa serta memberdayakan masyarakat yang selama ini termarjinalkan dalam pembangunan. Pasalnya, mereka memiliki hak azas I untuk bekerja, tinggal dan tanah.


Marilah untuk tidak takut mengatakan bahwa “Kita menginginkan Perubahan Tatanan Dunia, perubahan nyata, perubahan struktural. Rekonstruksi Ekonomi Nusantara. Kita harus tinggalkan mentalitas rakus dan serakah dalam mengejar keuntungan pribadi, tanpa peduli pada masalah sosial dan/atau kehancuran alam."


Untuk itu, perlu kita tumbuhkan kesadaran spiritual di dunia korporat dan kehidupan kerja (spirituality in the workplace). Kesadaran spiritual diperlukan sebagai kekuatan untuk mengatasi efek sistem kapitalisme pada pemikiran bisnis dan manajemen yang merusak lingkungan dan kehidupan manusia. 


Para eksekutif perusahaan dan kalangan akademis perlu menumbuhkan kesadaran spiritual ini melalui program spiritualisasi perusahaan. Jika motif-motif spiritual ini berhasil disuntikkan lewat program ini, maka kapitalisme akan tumbang dengan sendirinya dan arena ekonomi dan bisnis akan menunjukkan wajahnya yang lebih spiritual.


Islam menawarkan perspektif di mana spiritualisasi perusahaan berangkat dari konsepsi manusia yang membawa misi kepemimpinan di bumi (Khalifatullah fil ardh). Perusahaan adalah sarana manusia untuk menjalankan misi ini melalui penyelenggaraan kegiatan produksi barang ataupun jasa yang dibutuhkan bagi kehidupan manusia, dengan memelihara dan mengembangkan planet bumi ini sebagai tempat kehidupan yang baik (thayyib) dan sejahtera (falh), yang menyampaikan manusia kepada keridhaan Pencipta-Nya. 


Ini menuntut tanggung jawab perusahaan untuk ikut dalam pelestarian dan pengayaan keimanan (faith), kehidupan (life), akal (intelect), keturunan atau generasi mendatang (posterity), dan kekayaan (wealth). Selain juga perlu mengedepankan persaudaraan, persamaan, cinta kasih, dan keadilan.


Sehubungan dengan hal itulah perlu dikembangkan Manajemen Ilahiyah (Ilahiyah Management) dalam mengelola ekonomi, bisnis dan keuangan. Manajemen Ilahiyah berarti,  “Bagaimana agar kita dapat menarik pertolongan Allah dengan benar yang Intinya adalah bahwa Allah sangat terlibat dalam kehidupan kita.”


Insya Allah, dengan menerapkan Manajemen Ilahiyah kita bisa Mengatasi Kemelut Bisnis dan Keuangan. Pasalnya, dalam Manajemen Ilahiyah, Manajer Puncaknya adalah Allah.  Sebelum mengambil keputusan apapun, kecil terlebih  besar, tanya dulu manajernya lewat  istikharah.  Selalu libatkan Allah. di setiap langkah kita.  Karena otak kita, hati kita Allah yang cipta.  


Importance of Human Capital Management for Businesses


“Dan sungguh benar-benar telah kami ciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk. (QS. At-Tin: 4).


Dalam Firman-Nya tersebut di atas, Allah SWT menegaskan bahwa manusia dengan kondisi apa pun sesungguhnya memiliki potensi luar biasa, tanpa terkecuali apakah ia lahir dalam keadaan normal atau berkebutuhan khusus. Maka, dengan segala potensi yang ada pada dirinya, manusia berpotensi untuk meningkatkan Kualitas Hidupnya. 


Dalam Konsep Manajemen Ilahiyah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling cerdas dan kompleks di muka bumi. Potensi kecerdasan itu secara umum dibagi menjadi IQ (Intelligence Quotients), EQ (Emotional Quotients), SQ (Spiritual Quotients) dan ESQ (Emotional and Spiritual Quotients).


Melalui potensi inilah setiap manusia sesungguhnya dapat meraih keistimewaan dan kemuliaan dirinya manakala potensi itu dapat dikelola dengan baik dan benar. Namun sebaliknya jika potensi tersebut tidak diasah dan digunakan dengan sebaik-baiknya justru itulah yang membuat manusia jatuh dalam kehinaan


Potensi Diri merupakan bekal yang dapat digunakan manusia untuk menghadapi dan mengatasi setiap persoalan hidupnya. Karena itulah Manajemen Sumber Daya Manusia (Human Capital Management) sangat penting dalam Pembangunan Ekonomi, Pengembangan Bisnis maupun Penataan Keuangan. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas, sebuah perusahaan atau lembaga maupun negara akan mampu mencapai tujuannya.


Jac Fitz-Enz (2009), dalam buku: ROI of Human Capital, mengemukakan bahwa human capital dalam konteks bisnis merupakan kombinasi sifat individu

yang dibawa ke dalam jabatannya, termasuk kreativitas, energi, spirit dan motivasi. Dalam diri setiap orang inherent melekat kekuatan untuk mengembangkan nilai tambah (added value), dalam bisnis.


Dalam Islam, sukses bisnis tidak terlepas dari kekuatan spiritual yang inherent melekat dalam diri setiap Muslim. Kekuatan spiritual artinya kekuatan yang timbul dari keyakinan dalam hubu ngannya sang pencipta yaitu Allah. Kekuatan spiritual dalam konteks ini akan mendorong setiap Muslim untuk melakukan kebajikan sebagai bagian dari amal saleh yang menghasilkan nilai tambah yang bermanfaat dan halal.


Dengan demikian konsep human capital dalam Islam tidak terlepas dari kekuatan spiritual yang melekat pada kemauan setiap Muslim untuk berbuat kebajikan dalam berbagai dimensi kehidupan termasuk dalam kegiatan bisnis. Nilai-nilai spiritual ini juga telah menginspirasi ahli-ahli manajemen sumber daya manusia yang dikembangkan dan meletakkan aspek spiritual sebagai soft skill yang menjadi faktor sukses dalam perusahaan di samping hard skill (technical skill).


Islam tidak memisahkan antara soft skill dan hard skill. Islam juga tidak memisahkan antara nilai-nilai spiritual dengan aktivitas bisnis karena nilai-nilai religius menjadi pedoman bagi perilaku Muslim dalam menjalankan aktivitas bisnis.


Dengan demikian, Kekuatan Spiritual sangat memiliki pengaruh dalam hal ekonomi, bisnis dan keuangan. Pasalnya, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa akan mendatang, bahkan 1 detik setelahnya pun kita tidak tahu apa yang terjadi. 


Sementara itu, seseorang yang mempunyai kekuatan spiritual, menurut saya memiliki kemampuan bathin untuk memprediksi apa yang terjadi, dalam hal ini hati kecil kita yang berperan, kita akan mengetahui mana jalan yang benar dan mana yang salah. 


Insting (intuisi) kita akan membimbing kita menuju arah yang benar. Banyak hal didunia ini yang tidak dapat dilihat oleh manusia dengan mata ini, namun yang tidak terlihat itu dapat dilihat oleh hati kita. “Takutlah kalian pada firasat orang yang beriman. Karena dia melihat dengan cahaya Allah” (HR. Imam Bukhari). (az).


This blog is created for your interest and in our interest as well as a website and social media sharing info Interest and Other Entertainment.