-->
logo

THE POWER OF IMAN : Solusi Spiritual Untuk Mengatasi Resesi Ekonomi

Hot News

Hotline

THE POWER OF IMAN : Solusi Spiritual Untuk Mengatasi Resesi Ekonomi

SKJENIUS.COM, Jakarta.-- Ibarat Jatuh Ditimpa Tangga. Di tengah Pandemi Belum Reda, Ekonomi Terperosok ke Jurang  Resesi. Entah kapan bisa Meroket Lagi. Mungkinkah ekonomi Indonesia rebound pada 2021? Wallahu a’lam bish-shawab!

Resesi Ekonomi Sudah Tiba! Karuan saja, kalangan pengusaha semakin menjerit. Pasalnya resesi benar-benar memukul industri dan perdagangan dalam negeri, apalagi ekspor impor. Bagi para pemilik usaha, omzet usahanya menurun atau bahkan hilang sama sekali. Di Banten saja, sedikitnya 72 pabrik tutup. Dan, puluhan ribu pekerja dan keluarganya menjadi korban.

Selanjutnya diperkirakan, investasi anjlok saat resesi, maka secara otomatis akan menghilangkan sejumlah lapangan pekerjaan yang membuat angka pemutusan hubungan kerja (PHK) naik signifikan. Produksi atas barang dan jasa juga merosot sehingga menurunkan PDB nasional. Jika tak segera diatasi, efek domino resesi akan menyebar ke berbagai sektor.

Parahnya lagi, jika resesi ekonomi berlangsung dalam waktu yang lama, maka akan masuk ke fase depresi ekonomi. Supaya hal itu tidak terjadi, pemerintah harus segera mempersiapkan langkah pemulihan yang strategis dan efektif, agar dampaknya tidak menjadi semakin parah dan menimbulkan kepanikan.

Meski demikian, perlu disadari bahwa resesi bukan akhir dari kehidupan. Pasalnya, Indonesia pernah menghadapi situasi resesi pada periode krisis 1965-1996 dan krisis 1997-1998. Insya Allah, perekonomian Indonesia dapat bangkit bahkan meroket lagi. Syaratnya  pemerintah dan semua pemangku kepentingan mau berkolaborasi dan bersinergi dalam mencari solusi  bersama-sama. Sebagaimana hal tersebut diperintahkan Allah dalam Al-Qur'an :

"Dan tolong-menolong lah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan. Dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwa lah kamu kepada Allah, sesungguhnya siksa Allah sangat berat." (QS. Al-Maidah : 2)

Spiritual Perspective: New way of thinking is key to solving crisis

“Kita tidak dapat menyelesaikan masalah kita dengan pemikiran yang sama yang kita gunakan saat kita membuatnya,” tulis Albert Einstein.

Resesi Ekonomi di tengah Pandemi Covid-19 yang dihadapi bangsa kita dan dunia saat ini, Tidak Bisa Disikapi Dengan Cara Berpikir Seperti Biasanya. Pemerintah sudah harus berupaya mencari cara dan strategi yang berbeda dari biasanya supaya bisa menjalankan memulihkan ekonomi  dan melewati kondisi wabah virus corona dengan selamat. Untuk itulah,  perlu kita sadari bersama bahwa masalah yang dihadapi ini, solusinya membutuhkan cara berpikir yang baru.

Dengan demikian, pemerintah tak akan bisa menjinakkan pandemi dan mengatasi resesi sekaligus, jika masih menggunakan strategi lama yang diterapkan selama ini. Nyatanya berbagai kebijakan yang selama ini digunakan pemerintah belum mampu menahan lajunya penyebaran virus corona, demikian juga strategi di bidang ekonomi pun tak bisa menghindar dari resesi. Maka, mau tidak mau pemerintah perlu melakukan Reformasi untuk Keluar dari Kemelut, termasuk menata ulang para Menteri di cabinet Indonesia Maju. Sehingga bisa menekan pandemi dan memulihkan ekonomi.

Dalam pencarian kami bersama kawan-kawan para Counselor di Spiritual Business Consultant untuk menemukan solusi bagi krisis ini, kami meyakini dan membutuhkan Islam dan sains-dua lampu besar yang memandu menuju Cahaya-Nya.

Banyak epidemiolog, ahli medis, ahli vaksin, dan para ahli teknologi di seluruh dunia telah memulai riset dan pembuatan obat serts vaksin anti Covid-19  baru yang akan membantu menghentikan pandemi dan mengobati mereka yang terinfeksi. Demikian juga, tidak sedikit pula ekonom senior, pakar keuangan dan CEO terkemuka yang memberi saran dan berbagi ilmu untuk mengatasi resesi ekonomi. Sehingga diharapkan ekonomi Indonesia rebound pada 2021.

Namun, solusi untuk krisis tidak hanya membutuhkan obat dan vaksin serta teknologi dan teori ekonomi baru, tetapi juga kesadaran baru dalam diri manusia - bahwa adanya wabah Virus Corona yang menyebabkan perekonomian porak-poranda ini bukanlah sekadar gejala alamiah biasa. Namun, sesungguhnya Prahara Covid-19 dan Resesi Ekonomi ini adalah "pepeling" atau peringatan dari Allah. Jadi, dibalik wabah ini ada pesan spiritual dari Langit yang perlu kita renungkan.

Oleh karena itu, kita harus menyadari bahwa pandemi korona adalah Ayat-ayat Allah yang mutasyabihat. Ada pesan-pesan dari alam ghaib untuk semua manusia.  Di antaranya untuk penguasa yang zalim, orang kaya yang sombong, orang miskin yang pemarah, yang kufur pada Allah, untuk para teknokrat yang pongah, para saintis dan filosof yang arogan dan sebagainya. 

Namun sayangnya, tidak semua orang mampu membaca Ayat-ayat Allah ini. Pasalnya Ayat-ayat mutasyabihat memerlukan ta’wil dan untuk men-ta’wil perlu manusia yang cerdas mata-hatinya dan dalam ilmunya (rasikhun fil-‘ilmi) atau manusia pemilik lubb yang disebut ulul Albab.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi Ulul Albab (orang yang berakal cerdas)”. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Rabb kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Ali Imran :190-191).

Ulul Albab melihat tanda-tanda alam (ayat-ayat kauniyyah) secara empiris, rasional dan spiritual sekaligus. Ia paham bahwa pertanda menunjukkan sesuatu di luar dirinya. Tanda-tanda dalam bentuk mata rantai sebab akibat itu menunjukkan adanya sesuatu di luar dirinya, yaitu Sebab dari Segala Sebab (musabbib al-asbab) yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala.  

Jadi, yang bisa menangkap pesan-pesan itu hanyalah yang beriman, yang selalu mengingat (yadzkuru) Allah dan kemudian terus menerus berfikir secara saintifik (yatafakkaru) akan kejadiannya (QS 3:191).  Jika seseorang memahami tanda-tanda alam dengan cara demikian maka ia pasti menemukan “hikmah” di balik pandemi ayat-ayat virus corona itu (QS 2:26). Dia itulah Ulul Albab, orang baik yang banyak memperoleh kebaikan.

Karena itulah, dalam menghadapi suatu masalah pelik dan perlu jalan keluar segera dari kemelut, namun kita menemui kesulitan dalam menemukan solu si terbaik. Maka, Allah memerintahkan agar kita bertanya kepada Ahli ZikirAllah berfirman: “Fas’alū ahla al-dhikri in kuntum lā ta’lamūn”. (QS. An-Nahl ayat 43). 

Terjemah Jawa: “Mulo siro podo takono marang ahli dzikir menowo sira podo ora ngerti”. Terjemah Indonesia: “Maka bertanyalah kepada ahli dzikir apabila kamu tidak tahu”.

The Three Spiritual Principles that Give Us Strength in Times of Crisis

Guru Mursyid kita, Allahyarham KH Abdurrahman Siregar seringkali mengingatkan, Ajaran Islam, Solusi untuk Menjawab Tantangan Zaman dan Menyelesaikan Berbagai Problematika Kehidupan. "Penghayatan, pemahaman dan pengamalan terhadap ajaran Islam akan menjadi benteng dalam menghadapi semua kondisi zaman. Kita takkan mudah goyah, stres apalagi frustrasi, jika berpedoman pada Qur'an dan Sunnah," kata Beliau.

Ajaran Islam dapat membantu kita menghindari sikap merusak diri sendiri seperti putus asa, lemah, dan egois.  Nilai-nilai Islam juga dapat melindungi kita dari pengurangan nilai kemanusiaan oleh masyarakat modern ke aspek material kita.  Lebih jauh, kearifan Islam, ketika diterapkan secara konsisten dalam hidup kita, membuat kita menjadi individu yang sangat kuat, dan kekuatan adalah yang kita butuhkan di saat-saat krisis, ketakutan, kehilangan, dan ketidakpastian ini.

Di tengah resesi ekonomi, krisis keuangan, pribadi dan / atau kolektif, bagaimana Anda bisa mengubah kesadaran dan menghadapi badai?  Bagaimana Anda bisa menarik atau melindungi sumber daya keuangan dan bersiap menghadapi pergolakan di masa depan? 

Berikut adalah Tiga Prinsip Spiritual yang Memberi Kita Kekuatan dan Sangat Dibutuhkan Saat Krisis:

1. The True Power of IMAN.

Guru Mursyid kita, Allahyarham KH Muhammad Nasir Abdullah, seorang Waliyullah yang dikenal dengan panggilan Kong Dul, menjelaskan bahwa Iman adalah Energi yang memiliki Kekuatan  Ghaib, oleh karena itu harus betul-betul ditanamkan ke dalam lubuk jiwa manusia. "Kekuatan Iman bisa mencerdaskan akal, menentramkan hati, mengendalikan nafsu dan menumbuhkan ketangkasan dalam bergerak," kata Beliau.

Menurut KH Muhammad Nasir Abdullah, keimanan merupakan kekuatan yang mampu menyangga dan menyelamatkan hidup seorang hamba. Keimanan pulalah yang bisa mengantarkan seseorang berbenam kebaikan, perbaikan, dan kesuksesan. Kekuatan sebuah bangsa pun ternyata karena keimanan penduduknya.  Maka, dalam situasi darurat kesehatan dan resesi ekonomi, kita perlu memperdalam dan meningkatkan keimanan kita pada Kekuatan Yang Lebih Tinggi serta pada tujuan hidup kita yang lebih mulia. 

Sementara itu, menurut Guru Mursyid kita, Allahyarham H. Permana Sasrarogawa, menempatkan Allah sebagai yang Nomor Satu adalah polis asuransi terbaik — jaring pengaman tertinggi.  Prioritas apa yang penting dalam hidup Anda, maka  Anda akan menarik sumber daya yang Anda butuhkan untuk memenuhi tujuan jiwa Anda dan memberikan kontribusi Anda ke dunia yang lebih baik.

Maka, berzikirlah pada-Nya untuk menenangkan ketakutan bawah sadar Anda, dapatkan solusi kreatif dan buat keputusan keuangan yang lebih bijak. Melalui zikir kita terhubung (connected) dengan Sumber segala sumber. Maka, berzikirlah kepada Allah di saat berdiri, duduk, maupun rebahan. Berupayalah jangan pernah bergerak melainkan dalam zikir kepada Allah. Dan juga jangan pernah diam melainkan berzikir kepada-Nya. Jika berkhutbah, menyebut Allah. Dan jika berbicara, kita juga menyebut Allah.

Dengan demikian, kita telah melaksanakan perintah Allah dalam firman-Nya, yang artinya, “Dan sebutlah (nama) Rabb-mu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut (khifah), dan tidak dengan mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. Al A’raf: 205).

Allah adalah Sumber kesehatan, kemakmuran, kebijaksanaan, dan kegembiraan abadi.  Kita membuat hidup kita lengkap melalui kontak dengan Allah. Tanpa Dia, hidup tidak lengkap.  Berikan perhatian kita pada Kekuatan Yang Mahakuasa yang memberi kita kehidupan, kekuatan, dan kebijaksanaan.

Berdo'alah agar kebenaran tak henti-hentinya mengalir ke dalam pikiran kita, kekuatan tak henti-hentinya mengalir ke tubuh kita, dan kegembiraan tak henti-hentinya mengalir ke dalam jiwa kita.  Tepat di belakang kegelapan mata tertutup adalah kekuatan menakjubkan alam semesta, dan semua orang suci yang agung;  dan tak berujung dari Yang Tak Terbatas.

Tafakkurlah, dan kita akan menyadari Kebenaran Mutlak yang ada di mana-mana dan melihat cara kerjanya yang misterius dalam hidup kita dan dalam semua kemuliaan Ciptaan-Nya.

2. The Power of Prayer - Calling Upon Supernatural Strength

Saat resesi ekonomi, tentu sulit mendapatkan peluang, segala pintu di kiri, kanan, depan dan belakang seakan nampak tertutup. Tapi, sadarlah saudaraku, sekalipun di Bumi Lockdown, namun pintu Langit tetap terbuka untuk mereka yang mau bertubat, mohon Pertolongan dan Petunjuk-Nya. Maka bangunlah pada sepertiga malam untuk mengetuk pintu Langit menjemput solusi terbaik ke Hadhirat-Nya.

"God’s purpose may be thwarted or it may be accomplished depending, to one degree or another, on the obedience of His people and their willingness to use the weapons of spiritual warfare that He has provided. God is powerful enough to win any battle, but He has designed things so that the release of His power at a given moment of time often is contingent upon the decisions and the actions of His people. A principle weapon of spiritual warfare is prayer. Not just routine or mediocre prayer, but prayer powerful enough to move God’s hand in order to determine the destiny of a whole nation.” C. Peter Wagner

Apakah kita menyadari kekuatan yang kita miliki tersedia untuk kita ketika kita mengambil otoritas kita dalam do’a? Pasalnya, do'a itu senjata orang mukmin, juga pilar agama dan cahaya langit dan bumi. Rasulullah bersabda, "Do’a adalah senjata seorang Mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi.” (HR Abu Ya'la). 

Sayangnya kebanyakan dari kita tidak menyadari otoritas kita, karena jika kita melakukannya, tentu kita akan lebih banyak berdo'a. Tidak sedikit orang yang meremehkan do'a. Mereka menganggap, segala masalah bisa diselesaikan dengan usaha sendiri, tidak perlu do'a. Do'a dianggap sebagai sesuatu yang sia-sia dan tidak ada gunanya, sekadar ilusi, berharap pada sesuatu yang tidak ada wujudnya.

Kadang-kadang seorang hamba setelah berusaha keras, namun do'anya tidak kunjung dikabulkan mereka lalu cepat putus asa, padahal seorang hamba yang dalam posisi telah berusaha maksimal, berdo’a dan bertawakkal, maka Insya Allah do’anya diijabah.

Mengapa??? karena pada saat tawakkal segala kekuatan manusia berada pada posisi lemah, pasrah pada kehendak Allah, maka di situlah kemudian muncul suatu kekuatan yangg maha tunggal, yang amat besar dan tak tertandingki oleh siapapun dan apapun yaitu KEKUATAN ALLAH SWT.

Siapakah yang dapat melawan kekuatan Allah? tentu kita akan sepakat mengatakan TIDAK ADA!, sehingga seorang hamba di puncak kelemahannya, di puncak ketakutannya, kekhawatirannya, kesedihannya, tentu sangat dianjurkan berdo’a dengan Laa Hawla Walaa Quwwata Illabillah. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah.

Maka, janganlah mengabaikan do’a. Karena meremehkan do’a, bukanlah sikap seorang Mukmin sejati yang meyakini adanya Allah yang mengatur segala sisi kehidupan manusia dan alam semesta. Seorang Mukmin akan selalu menyertakan Allah dalam setiap usaha yang dilakukan.

Segala persoalan atau masalah hidup akan selalu dicarikan solusinya untuk dipecahkan, sembari diiringi do'a. Do'a adalah kekuatan dahsyat yang bermanfaat dan bisa membantu menyelesaikan persoalan hingga tuntas.

3. The Art of Living in the Now

“Hiduplah di Masa Kini. Masa lalu adalah sejarah, masa kini adalah waktu di mana kita berada ‎saat ini, masa depan adalah ketidakpastian, mungkin kita jumpai mungkin ‎juga tidak.”

Karena itu, janganlah kita menjadi orang yang hidup di masa lalu, tapi berpikir tentang masa depan. Sehingga lupa memikirkan dan menghadapi masa kini. Akhirnya hidup dalam genggaman orang lain yang menguasai situasi dan kondisi saat ini .

Maka, Tetaplah hadir pada saat ini.  Pasalnya, ekonom senior, bahkan pakar keuangan terbaik pun tidak tahu apa yang akan terjadi pada perekonomian di masa depan, jadi pendekatan terbaik adalah tetap waspada dan terjaga di masa sekarang sehingga Anda bisa fleksibel dan merespons sesuai kebutuhan.  Ketika ketakutan akan masa depan muncul, fokuskan niat Anda pada saat ini dan biarkan intuisi Anda membimbing Anda.

Kekhawatiran akan masa depan bisa membuat manusia lupa berkah masa kini. Percaya pada Allah adalah Cara Mengatasi Kecemasan akan Masa Depan. Karena sebagai Muslim kita memang diperintahkan untuk bertaqwa kepada-Nya dalam mempersiapkan hari esok (akhirat). Allah Ta’ala berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hasyr: 18).

Tentang ayat di atas, Ibnu Katsir rahimahullah berkata, Haasibu anfusakum qobla an tuhaasabu (artinya: hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab). Lihatlah amalan shalih apa yang telah kalian persiapkan sebagai bekal untuk hari akhirat dan menghadap Allah Rabb kalian.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7: 235).

Maka, pelajaran penting yang bisa kita ambil adalah kita haru menjadikan akhirat sebagai tujuan, bukan masa depan duniawi. Begitu pula jika kita diberi karunia materi dan rezeki yang melimpah, jadikanlah itu sebagaimana perantara menuju kebaikan dan bekal menuju alam akhirat.

Karena itu, janganlah kita menjadi manusia yang selalu sibuk melihat ke masa depan duniawi. Sehingga setiap hari selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi dan dialaminya di masa depannya secara materi. Mungkin, konsep ciptaan manusia tentang masa depan mungkin semacam naluri untuk mempertahankan diri hidup manusia itu sendiri. Manusia mempersiapkan dirinya untuk menghadapi segala kemungkinan yang bakal terjadi di masa depan dan belajar dari pengalamannya di masa lalu.

Padahal masa lalu sudah berlalu, sedangkan masa depan sebenarnya belum ada. Karena masih dalam Rencana Allah. Jadi, sesungguhnya yang dimaksudkan dengan masa depan oleh sebagian besar manusia itu adalah hal yang hanya ada di pikiran manusia. Hanya konsep dan bukan realita.

Namun sayangnya, manusia sering hidup dalam konsep dan bukan dalam realita. Kadang konsep itu bisa sedemikian menakutkan bagi manusia. Tidak jarang bahkan ada yang mengakhiri jiwanya karena ketakutan dengan konsep masa depan yang ada di pikirannya sendiri.

Hidup adalah masa kini dan detik ini. Realita hidup ada dalam seperkian detik. Maka, Rasakan Nikmat serta Karunia-Nya dengan penuh Syukur. Selebihnya serahkan pada-Nya. Janganlah kita terbelenggu dengan konsep yang ada di pikirannya sendiri. Kita harus menyadari betul tentang hal ini. Semoga kita terhindar dari kehidupan seperti mereka yang penuh ketakutan dengan masa depan dan terpenjara oleh masa silam.

Bahkan lebih luas, manusia juga sering mereka-reka tentang masa depannya. Bagaimana jika begini dan begitu? Itulah pertanyaan tentang masa depan yang jadi kontemplasi manusia. Manusia mereka-reka jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan sendiri dalam pikirannya. Jawabannya tak kalah abstraknya.

Maka, janganlah kita seperti manusia yang memikirkan masa depannya dan lupa dengan masa kininya. Mereka merencanakan masa depannya sampai lupa menikmati hidupnya saat ini. Na'udzubillahi min Dzalik!

Maka, fokus saja pada peluang yang muncul.  Waspadai pintu baru terbuka saat pintu lama ditutup.  Krisis terkadang dapat membawa kejutan yang luar biasa dan perubahan yang sangat dibutuhkan yang merupakan berkah tersembunyi. Semoga Allah Melindungi dan Memberi Solusi Terbaik Kepada Kita Semua. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.(az)




This blog is created for your interest and in our interest as well as a website and social media sharing info Interest and Other Entertainment.