-->
logo

EKONOMI PANCASILA : Kecerdasan Spiritual Membangkitkan Ekonomi Di Era New Normal

Hot News

Hotline

EKONOMI PANCASILA : Kecerdasan Spiritual Membangkitkan Ekonomi Di Era New Normal

SKJENIUS.COM, Jakarta.-- SUBHANALLAH! Prahara Corona semakin mengkhawatirkan. Sebab peningkatan jumlah pasien terus bertambah. Kasus positif terinfeksi virus Covid-19 di Indonesia telah mencapai 135.123 orang hingga Jumat (14/8). Bertambah 2.307 orang dari hari sebelumnya. Data tersebut dapat diakses di situs kemkes.go.id. Masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi di Ibukota Jakarta kembali diperpanjang, hingga 27 Agustus 2020.

Jutaan manusia menderita oleh dampak psikologis, ekonomi dan emosional dari pandemi corona. Padahal sampai hari ini belum ada yang bisa memprediksi kapan wabah ini berakhir. Bahkan, Direktur kedaruratan WHO, dr Mike Ryan, memperingatkan bahwa virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 mungkin tak akan pernah hilang meski nanti ada vaksin. Wallahua'lam!

Sementara itu, daya beli masyarakat semakin menurun drastis. Dunia usaha mengalami tekanan yang luar biasa akibat pandemi COVID-19 ini. Badai PHK melanda para buruh, jumlah pengangguran bertambah. Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah memprediksi jumlah korban pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat Covid-19 akan bertambah sekitar 2,92 juta hingga 5,23 juta orang. Karuan saja, kemiskinan pun meningkat, kesenjangan sosial makin melebar.

Sebagai warga negara tentu saja kita cemas menghadapi situasi dan kondisi yang sedang tidak baik ini. Mengapa bisa terjadi nasib sedemikian tragis menimpa negeri ini? Padahal negeri ini mengandung kayaan alam yang berlimpah ruah. Kita memiliki tanah yang subur yang siap ditanami beragam jenis tanaman. Bahkan, negeri ini sudah terlanjur kondang di seantero jagad dunia manusia sebagai negeri yang Religius dan punya budaya Spiritual yang Luhur.

Dosa-dosa Penyebab Datangnya Bencana di Suatu Negeri

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, marilah kita hayati dan cermati Firman Allah berikut ini yang mengisahkan tentang suatu golongan yang Allah berikan kesempatan untuk merasakan hidup mewah di sebuah negeri.  Namun mereka lupa diri, melakukan kedurhakaan pada Allah. Maka, hal tersebut dapat menjadi alasan bagi Allah untuk menghancurkan negeri tersebut sehancur-hancurnya.

 “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya,” (QS. Al Isra’ : 16)

Hal ini dikarenakan Allah menjanjikan untuk melimpahkan rezeki dari langit dan bumi untuk penduduk negeri yang beriman dan bertaqwa padaNya. Namun Allah juga telah memperingatkan akan membalas dengan siksa atas perbuatan buruk orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah.

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya,” (QS. Al-A’raaf : 96)

Maka, marilah Prahara Covid-19 ini kita jadikan Momentum Refleksi Kebijakan Perekonomian Nasional. Orang bijak adalah orang yang mampu berbuat benar dan akan lebih tegar menghadapi masalah pandemi ini. Karena itu, di samping memikirkan kebijakan untuk memulihkan perekonomian seperti sebelum terjadinya pandemi, perlu dilakukan Audit Spiritual terhadap kebijakan perekonomian nasional dan mengoreksi kelemahan-kelemahan sistemik.

Momen pandemi harus kita jadikan trigger untuk mengoreksi perekonomian nasional kembali ke amanat Undang-Undang Dasar 45, Pancasila yang berbasis Spiritualitas Nusantara dan berazaskan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sebagai masyarakat yang mengenal nilai-nilai spiritual, maka reflek pertama haruslah mengedepankan kejernihan batin, mawas diri, "Apa Pesan Ilahiyah dari kejadian luar biasa ini, sebab semua kejadian tentang bencana apapun tentu kehendak Tuhan Yang Maha Esa?"

Menata Batin Meningkatkan Kecerdasan Spiritual

Karena itulah, kita jangan hanya berpikir dan mengandalkan analisa intelektual semata, namun kita perlu menata batin, pasrah diri, menghadapkan jiwa dan qalbu kepada Allah SWT, mohon ampunan-Nya dan mohon bimbingan petunjuk dan tambahan kecerdasan spiritual agar mendapatkan solusi terbaik untuk mengatasi Pandemik ini.

Kecerdasan spiritual membantu banyak orang melewati pandemi. Ia juga bisa membantu menyelamatkan bumi dan lingkungan hidup serta Membangkitkan Ekonomi Di Era New Normal ini. Bagi jutaan manusia, Masjid, tidak hanya berperan sebahai tempat ibadah ritual, namun juga menawarkan bantuan praktis dan spiritual di tengah wabah. Untuk kesekian kali kita menyaksikan bagaimana masjid dan organisasi massa (Ormas) Islam di seluruh Nusantara menawarkan bantuan, bahan pangan, akomodasi, uang sumbangan atau layanan kesehatan. 

Jadi, kecerdasan spiritual sebagai pegangan fundamental tidak hanya direalisasikan dalam pola hubungan vertikal dengan Sang Pencipta (hablum minallah). Akan tetapi, Spiritualisme mesti dilaksanakan secara horisontal dengan sesama (hablum minannas) dan alam sekitar (hablum min al-Bi'ah). Nilai-nilai Spiritual yang diaktualisasikan dalam kehidupan, terbukti tidak hanya membentuk dan menumbuhkan, tetapi juga menjadi fondasi bertahannya peradaban besar Nusantara.

Spirit Ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi landasan perekonomian

Menurut Spiritual Islam (Tasawuf Transformatif) bekerja adalah ibadah atau ritus aplikatif. Tasawuf Transformatif memberi motivasi dalam doktrinnya bahwa Allah lebih suka tangan di atas (pemberi) dari pada tangan di bawah (penerima). Jadi, sebagai Bangsa yang berazaskan Ketuhanan Yang Maha Esa, kita meyakini bahwa Ibadah diyakini satu sumber kebahagiaan dan kesejahteraan. Karena itulah, spirit ibadah kepada Allah menjadi landasan dalam Sistem Ekonomi Pancasila.

Spirit Ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi landasan perekonomian yang sangat kokoh. Karena, setiap aktivitas mendapatkan keuntungan yang selalu berkait erat kepada Sang Pencipta (Creator). Itulah sebabnya tatanan kerja yang terbangun menjadi lebih sakral dibanding sekadar mendapatkan keuntungan finansial semata. “Katakanlah sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam” (Q.S al-An’ām : 162)

Kekuatan inilah yang menjadi turbin penggerak semangat berjuang para penganutnya (man). Karena, setiap langkah perjuangan menjadikan catatan sejarah kehidupan yang abadi. Semoga Allah memberi kemudahan dan kelancaran dalam upaya kita meningkatkan Kualitas Hidup Umat Islam di Nusantara. (az).


 


This blog is created for your interest and in our interest as well as a website and social media sharing info Interest and Other Entertainment.