-->
logo

Arah Kebijakan Ekonomi Ketuhanan, Solusi Atas Krisis Ekonomi Indonesia

Hot News

Hotline

Arah Kebijakan Ekonomi Ketuhanan, Solusi Atas Krisis Ekonomi Indonesia

SKJENIUS.COM, Jakarta.-- Sebagai Pewaris Nusantara yang Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa tentu saja kita harus Optimis Indonesia Maju. Seiring dengan itu, sebagai warga negara yang Beraqal, kita pun harus realistis dalam menyikapi situasi Negara kita yang sedang dilanda prahara corona. Karena itu, kita harus Sabar menghadapi Realita bahwa Ekonomi Indonesia Tak Pernah Meroket selama Pemerintah Pak Jokowi.

Bahkan, Laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2019 semakin melambat. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,97%, melambat dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 5,02% maupun periode yang sama tahun lalu sebesar 5,18%. Selanjutnya, Ekonomi Kuartal I 2020 Tersungkur, pada 2,97 persen. Akhirnya, Ekonomi Indonesia Anjlok pada kuartal II tahun 2020 hingga minus 5,32%. Maka Indonesia pun Terancam Resesi?

Karena itulah kita membutuhkan Optimisme dan Aqal yang Realistis serta disenyawakan dengan Sabar itu, Insya Allah akan memberi Ketenangan Batin. Semoga dalam ketenangan batin itu kita mendapat Pencerahan Spiritual yang membangkitkan Energi yang selama ini tersembunyi (Hidden Power) dalam diri kita. Biarkan Energi Spiritual itu menebar seluas-luasnya, sehingga mempengaruhi dunia di sekitar kita. Semoga masyarakat di sekitar kita pun mendapat Pencerahan Spiritual, sehingga kita bersama dapat mendengar Suara-Nya, membaca Petunjuk-Nya dan memperoleh Hikmah-Nya. Sehingga kita dapat menemukan solusi terbaik untuk mengatasi Pandemik dan krisis ekonomi yang di depan mata ini.

“Allah SWT memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat”. (QS. al-Baqarah 2: 269)

Jadi, Refleksi Kemerdekaan kita adalah Antara Pandemi dan Ancaman Resesi Ekonomi. Kemerdekaan seharusnya bukan hanya sebatas bebas dari penjajahan militer (teritorial), melainkan kebebasan atas hak menentukan nasib bangsa kita sendiri, termasuk berhak menyejahterakan rakyat Indonesia melalui model pembangunan ekonomi yang sejalan dengan karakter dan budaya bangsa. Bangsa Indonesia tumbuh dan besar seperti sekarang karena memiliki nilai-nilai spiritual yang hidup. Oleh karena itu, bibit-bibit spiritualitas yang terkandung dalam Pancasila itu, mutlak harus ditanamkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena memiliki peranan yang semakin penting.

Konsekuensinya, sistem ekonomi yang dianut bangsa Indonesia semestinya ialah sistem ekonomi yang berazaskan Ketuhanan Yang Maha Esa , yakni sistem ekonomi yang bertitik tolak dari Allah, bertujuan akhir kepada Allah, dan pendayagunaan segala sumber daya tidak lepas dari Petunjuk Allah. Jadi, segala aktivitas ekonomi, seperti produksi, distribusi, konsumsi, ekspor-impor tidak lepas dari kerangka Ketuhanan (Ilahiyah)dan bertujuan akhir untuk Tuhan Semesta Alam. Misalnya, petani yang bekerja memproduksi bahan pangan, didorong semata-mata karena memenuhi perintah Tuhan-nya. “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (Al-Mulk: 15)

Sejak jaman dahulu kala nilai-nilai luhur Budaya Nusantara dan kemudian disenyawakan dengan Spiritualitas Islam yang selanjutnya mengejawantah menjadi Pancasila telah melandasi kehidupan masyarakat Indonesia yang mencerminkan semangat Spiritual Religius. Karena itulah, dalam upaya mengatasi kondisi ekonomi Indonesia yang terpuruk saat ini dan, haruslah kita sikapi sebagai Interupsi Spritual. Hal ini merupakan akibat dari pengingkaran kita terhadap ajaran agama dan dasar negara, karena kondisi ini justru merupakan kontrakondisi yang terkandung dalam nilai-nilai luhur Pancasila itu sendiri. Karena itulah, dalam memperingati HUT Kemerdekaan RI ke 75 ini, marilah kita mengintrospeksi diri terhadap kenyataan yang telah, sedang dan akan dihadapi.

Pilihan untuk kembali pada moral yang berlandaskan Pancasila secara konsekuen merupakan kewajiban bagi bangsa Indonesia, dan konsep perekonomian yang berlandaskan atau bercirikan ketuhanan merupakan solusi yang tepat. Solusi ini mengajak kita sebagai pelaku perekonomian untuk mengendalikan setiap tindakan yang akan dilakukan, tidak hanya pada pertimbangan akal atau untung rugi semata. Pertimbangan moral yang berlandaskan pada Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan faktor utama yang harus selalu diikutsertakan dalam setiap pengambilan keputusan sehingga jalan menuju kemashlahatan umat maupun diri sendiri akan senantiasa tercapai dengan sendirinya.

Tulisan ini mengajak siding pembaca untuk menggali, menerapkan dan mengembangkan ilmu ekonomi menurut Pancasila dan UUD 45 serta Menerapkan Kebijakan Ekonomi Ketuhanan, Sebagai Solusi Untuk Pemulihan Ekonomi Indonesia. Pasalnya Wabah Virus Corona Telah Menguak Bobroknya Sistem Kapitalisme. Dampak Pandemi  covid-19 ini sangat fatal menghantam negara-negara kapitalis. Bahkan, Amerika Serikat, Italia, Prancis dan 5 negara sekutunya telah terperosok ke jurang resesi. Oleh karena itu, muncul anggapan bahwa pandemi virus corona ini merupakan lonceng kematian bagi ekonomi kapitalis.

Berkebalikan dengan perusahaan kapitalistik yang mengabaikan faktor spiritual dalam operasionalnya, perusahaan-perusahaan yang melandaskan aktivitasnya pada nilai-nilai spiritual terbukti mampu bertahan dan berkembang secara baik, di tengah Prahara Covid-19 ini. Maka, sudah selayaknya pemerintah Indonesia yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa itu menerapkan manajemen spiritual dalam sistem perekonomian. Dalam konsep ini, definisi manajemen berubah dari sekedar getting things done through the people menjadi getting God's will done by the people. Tugas memakmurkan hidup melalui Indonesia Maju, dipandang sebagai tugas suci dan mulia.

"...Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Rabb-ku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)". (QS. Hud : 61).

Semoga Pandemi Corona ini, membangkitkan Kesadaran Spiritual kita yang mungkin selama ini mulai memudar. Semoga kita menyadari bahwa ditinggalkannya dasar nilai-nilai Ketuhanan dari Ilmu Ekonomi oleh manusia Sekuler dan menerapkan Sistem Ekonomi Kapitalis telah berakibat fatal bagi perkembangan perekonomian dunia. Pasalnya, walau bagaimanapun juga ilmu ekonomi merupakan ilmu moral, sebagaimana yang diungkapkan oleh Abhijit Naskar,  “Ethics without economy leads to physical starvation and economy without ethics leads to mental starvation. It’s only with a healthy combination of both  can the human society live and progress with health, sanity and serenity.”

Apapun agama yang dianut oleh orang tersebut dalam kehidupan pada umumnya serta kehidupan ekonomi khususnya, akan sama-sama berdampak pada kemaslahatan bagi Umat, dan penerapannya dengan berlandaskan pada prinsip Ketuhanan lambat laun dan dengan sendirinya akan menuju pada penyempurnaan implikasi ekonomi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa itu sendiri.

Dengan demikian, kini saatnya juga menjadi momentum untuk mengimplementasikan Ekonomi Pancasila yang berazaskan Ketuhanan Yang Maha Esa, yang dilaksankan dengan prinsip kebersamaan (Pasal 33 ayat 4). Semua pihak, terutama para pemangku kepentingan fiskal dan moneter, diharapkan bergotong royong dan saling bahu membahu untuk menyelamatkan Indonesia dari krisis ekonomi yang lebih dalam. Semoga Allah melindungi dan memberi kemudahan kepada kita semua untuk mengemban Amanah Ilahiyah ini. Merdeka! (az).


 

This blog is created for your interest and in our interest as well as a website and social media sharing info Interest and Other Entertainment.