-->
logo

Membangun Sistem Ekonomi Spiritual Sebagai Mainstream Ekonomi Indonesia

Hot News

Hotline

Membangun Sistem Ekonomi Spiritual Sebagai Mainstream Ekonomi Indonesia


Jakarta, SKJENIUS.COM.- Nilai-nilai Luhur Kebudayaan Nusantara dan Kearifan Tasawuf Transformatif yang dikembangkan Guru Mursyid kita, Syaikh Inyiak Cubadak, Doctor Bagindo Muchtar, H. Nasir Adnin, H. Permana Sasrarogawa, KH. Abdurrahman Siregar dan KH Muhammad Zuhri merupakan hal yang fundamental dalam Membangun Sistem Ekonomi Spiritual sebagai Sistem Perekonomian yang tepat untuk Indonesia yang berazaskan Pancasila. 

Sistem Ekonomi Spiritual yang dimaksud adalah sebuah sistem ekonomi yang berbasiskan spritualisme Islam yang disenyawakan dengan Kearifan Lokal yang ada di Bumi Nusantara, sehingga melahirkan tata perekonomian yang juga melibatkan etika, norma dan moral sekaligus, dalam tataran pelaksanaan perekonomian bangsa dan negara.

Sistem ekonomi ini sebenarnya sudah ada sejak Masyarakat Nusantara yang Berbudaya Luhur itu mengenal Spiritualisme Islam (Tasawuf) yang dikembangkan oleh Para Guru Mursyid kita dan Para Wali Allah dalam kehidupan mereka. Dari sinilah kemudian berkembang dan melahirkan kehidupan bermasyarakat yang bernuansa spiritual Islam (Sufi) termasuk juga dalam bidang perekonomian.

Dengan demikian, Ekonomi Spiritual juga menjadi bagian dari aliran ekonomi normatif, yakni sebuah aturan ekonomi yang menghendaki setiap transaksi ekonomi diikutsertakan nilai-nilai moral dan etika yang juga memiliki artian melibatkan aturan-aturan Allah dan Kearifan Lokal sebagai pengawas dalam tata pelaksanaan ekonomi tersebut.

Namun sayangnya, seiring dengan peralihan musim, Zaman berganti, Aturan pun berubah. Sistem Ekonomi Spiritual turut tenggelam dalam Peredaran Masa. Disadari atau tidak masyarakat kita sudah berada dalam cengkeraman Sistem Ekonomi Kapitalis, seiring dengan itu “debt trap” Sosialis Cina Komunis pun semakin gencar menjerat. Maka tenggelamlah sebagian besar masyarakat kita dalam lilitan utang riba. Bunga Bank, Rente dan berbagai jenis Kredit pun berseliweran di sekeliling kita.

Ya.. Diakui atau tidak, namun nyatanya saat ini aliran ekonomi yang menjadi mainstream ekonomi global adalah aliran ekonomi positif. Yakni sebuah aliran ekonomi yang melahirkan aturan perekonomian hanya berdasarkan keuntungan materi (profit) tanpa memperdulikan tata aturan moral. Aliran ekonomi positif inilah yang dikembangkan oleh ajaran ekonomi neoklasik, Adam Smith dan para pengembang ekonomi neoliberal saat ini.

Sementara aliran ekonomi normatif telah lama atau sengaja ditinggalkan, padahal dari ekonomi normatif inilah bisa melahirkan kesejahteraan ekonomi yang merata dan adil terhadap umat manusia. Saat ini, banyak orang hanya Mencari Laba, mereka seakan tak mau tahu dengan etika dan agama, semakin tren istilah 3 H diantara mereka, Halal, Haram, Hantam terus. Bagi mereka Korupsi, Penyuapan, dan Narkoba dianggap sebagai hal yang lumrah dalam ekonomi. Mereka tak peduli, sekalipun hal tersebut tidaklah membuat kesejahteraan yang merata dan bertentangan dengan aturan-aturan ketuhanan secara moral etika.

Karena itu, bagi mereka yang masih bangga dengan kesuksesan di masa lampau, mungkin mereka belum menyadari bahwa mereka sudah terperangkap dalam Sistem Ekonomi Kapitalis. Bukan mustahil mereka pun sukses secara finansial hasil dari suap menyuap. Bahkan terkadang harus menyiapkan Wanita, Miras dan Narkoba untuk menjilat seorang pimpro dari sebuah BUMN atau Instansi Pemerintah Tertentu. Wallahua’lam. 

Menurut saya, Satu diantara penyebab lambatnya pertumbuhan Ekonomi Indonesia saat ini, adalah akibat dari kegagalan dari sistem ekonomi positif atau konvensional (kapitalis-neoliberal) yang berkembang saat ini. Apalagi selama Pemerintahan Jokowi, Negara kita agak condong ke Cina, sehingga kitapun semakin tergantung pada barang import dari Cina. Baik untuk bahan baku industri maupun barang konsumsi, bahkan cangkul pun harus import. Seiring dengan itu berduyun-duyunlah tenaga kerja Cina ke Indonesia. Lalu, Rakyat Indonesia dapat apa⁉️ 

Semoga dengan merebaknya wabah coronavirus dapat menyadarkan kita semua bahwa kita harus kembali ke Jalan Allah agar Selamat di Dunia dan Akhirat. Kehidupan dunia sejatinya adalah perjalanan manusia menuju atau kembali kepada Allah, asalnya. Namun, manusia sering kali lupa diri dan tujuannya karena tergoda nikmatnya kehidupan dan gemerlapnya dunia. Oleh karena itu, Allah mengingatkan kita melalui wabah coronavirus, maka marilah kita bertobat kepada Allah, 

“Dan kembalilah kamu kepada Rabb-mu, dan berserah dirilah kepada-Nya." (QS az-Zumar [39]: 54).

Saudaraku Insya Allah, Ekonomi spiritual menjadi antithesa bagi aliran ekonomi positif. Terlebih sejak ekonomi spiritual ini, kami uji Coba penerapannya di berbagai perusahaan yang menjadi klien Spiritual Business Consultant. Alhamdulillah sudah berkembang pesat dan bersiap mereposisi mainstream perekonomian Indonesia secara perlahan tapi pasti.

Yuk.. kita berusaha bersama agar Indonesia yang selama ini secara tidak langsung berada dalam cengkeraman sistem ekonomi konvensional (kapitalis dan neoliberal) dapat mulai beralih kepada sistem ekonomi spiritual. Apalagi kita sebagai Masyarakat yang mewarisi Budaya Luhur dan mayoritas Muslim. Sehingga di Indonesia, ekonomi spiritual bisa diterapkan dalam Sistem ekonomi pembangunan negaranya, tidak sekadar sebagai wacana di kalangan akademisi belaka.

Adanya instrumen pembangunan ekonomi berbasis Islam, seperti zakat, infaq, sedekah dan wakaf, sesungguhnya merupakan jawaban atas kegagalan sistem ekonomi konvensional dalam menyelesaikan problematika yang ada. Pendekatan konvensional yang mencoba memisahkan ajaran agama dengan urusan dunia tidak akan pernah mungkin berhasil diterapkan pada sebuah komunitas masyarakat atau bangsa yang masih memiliki kepercayaan yang kuat terhadap agama. Karena itu, wajarlah jika premis-premis ekonomi yang bebas nilai agama justru menciptakan kegagalan ekonomi masyarakat itu sendiri.

Bahkan, di Barat sendiri, saat ini muncul gejala kegelisahan jiwa yang teramat dalam akibat dominannya pendekatan materialisme. Sehingga, sekarang mulai berkembang apa yang dinamakan Spiritual Economics, sebuah mazhab yang mencoba melihat persoalan ekonomi tidak hanya dari perspektif material, melainkan juga perspektif spiritual. Kemunculan mazhab ekonomi spiritual ini merupakan antitesis terhadap pendekatan ekonomi neoklasik yang lebih menitikberatkan kesejahteraan pada tingginya angka pendapatan dan pertumbuhan ekonomi semata. (az).

This blog is created for your interest and in our interest as well as a website and social media sharing info Interest and Other Entertainment.