-->
logo

EKONOMI SPIRITUAL : Atasi Krisis Keuangan Global Akibat Kegagalan Sistem Ekonomi Kapitalis

Hot News

Hotline

EKONOMI SPIRITUAL : Atasi Krisis Keuangan Global Akibat Kegagalan Sistem Ekonomi Kapitalis

 


SKJENIUS.COM, Jakarta.— SUBHANALLAH! Krisis ekonomi global 2020 menerjang dunia. Hampir semua negara mengalami penurunan ekonomi cukup dalam. Krisis ekonomi 2020 ini jauh lebih buruk dari krisis finansial global 2007/2008.


Bank Dunia atau World Bank memperkirakan bahwa 92 persen negara di dunia akan mengalami krisis pada 2020. Setidaknya 180 Negara di Dunia Diprediksi Krisis pada 2020. Hal tersebut tak lain disebabkan oleh lumpuhnya perekonomian akibat pandemi Virus Corona COvi-19. Lalu bagaimana dengan Indonesia?


Tidak bisa dipungkiri terjadi krisis keuangan global saat ini merupakan bukti gagalnya sistem ekonomi kapitalis. Karena itulah, Indonesia yang merupakan bagian dari ekonomi kapitalis, harus mewaspadai dampak dari krisis global ini. Pasalnya, bila krisis ini berkepanjangan, pasti membawa dampak negatif bagi perekonomian rakyat Indonesia.


Diakui atau tidak, fundamental ekonomi Indonesia belum kokoh. Setidaknya hal itu dapat kita lihat adanya ketimpangan dalam struktur perekonomian Indonesia:


Pertama, bentuknya bagaikan piramida sosial. Di puncaknya sekelompok kecil pengusaha besar, pengusaha asing dan BUMN yang menguasai sekitar 90% ekonomi nasional. Sedangkan pengusaha mikro, kecil menengah dan koperasi (ekonomi kerakyatan) yang jumlahnya sangat banyak, hanya menguasai sangat kecil ekonomi nasional. 


Kedua, pembangunan makro ekonomi kita tidak memberikan dampak positif yang signifikan terhadap pembangunan mikro ekonomi. 


Seharusnya ekonomi Indonesia, berazaskan keadilan yang berbentuk belah ketupat. Di tengah yang besar yaitu pengusaha menengah yang banyak dan kuat. Sekarang ini, ekonomi kita hanya ditopang oleh sekelompok kecil pengusaha besar, pengusaha asing dan aseng serta BUMN. 


Padahal, pengusaha asing dan aseng tidak bisa diharapkan untuk menopang ekonomi Indonesia, karena investasi mereka pada umumnya bersifat padat modal, padat teknologi, dan jangka pendek. Investasinya kurang menyerap tenaga kerja dan setiap saat mereka bisa membawa ke luar dananya, sebab kita menganut sistem devisa bebas.


Kalau krisis keuangan global berlanjut, maka pengusaha besar dan BUMN sulit bertahan, apalagi kalau ditinggal pergi para investor asing. Mereka besar kemungkinan akan kolaps, dan akan menimbulkan efek domino kepada anggaran pendapatan dan belanja pemerintah, karena mereka menarik modalnya dan tidak bisa membayar pajak.


Akibatnya, pemerintah tidak bisa melakukan pembangunan, disebabkan oleh kecilnya penerimaan negara. Maka akan terjadi penurunan investasi dan kelesuan ekonomi, PHK, kemiskinan dan pengangguran akan bertambah banyak. Dengan demikian, akan menganggu seluruh sendi perekonomian, termasuk perekonomian rakyat Indonesia.


Lonceng Kematian Sistem Kapitalis-Materialis 


Sebagaimana kita ketahui, Sistem ekonomi yang kita warisi sekarang sangat kental peninggalan pemikir Klasik dan Klasik Baru yang notebene literature Barat terutama Amerika Serikat. Maka, sistem perekonomian Indonesia saat ini cenderung bercorak sistem kapitalis.


Semua aliran dalam sistem ekonomi diatas hanya menekankan pada ekonomi material saja. Belum memikirkan bahwa disamping dunia yang kita jalani masih ada dunia lain yang perlu akan dilakoni. Dunia itu dunia akhirat. Sehingga hukum sebab akibat antar dunia kini dengan dunia nanti (akhirat) mungkin berlaku termasuk pada kegiatan ekonomi.


Banyak hal yang kurang cocok dengan kondisi masyarakat kita yang agraris-religius. Maka, kehadiran pandemi covid-19, sesungguhnya menjadi Lonceng Kematian Sistem Kapitalis-Materialis. Amerika Serikat dan sekutu Kapitalisnya di Eropa telah terjungkal ke jurang resesi bersama 49 negara lainnya. Semoga kita semakin menyadari betapa rapuhnya Sistem Ekonomi berbasis riba itu. 


Beberapa kegagalan dari konsep ekonomi material tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Pasar, yang dibentuk berdasarkan permintaan dan penawaran yang diatur oleh kekuatan ‘invisible hand’ selalu mengabdi pada golongan yang mempunyai daya beli.
  2. Homoeconomicus. Arsitektur ekonomi pasar mempunyai anggapan bahwa manusia dalam tindakanya adalah rasional. Jika memperoleh keuntungan dibuat maksimum, dan jika menderita rugi diusahakan rugi sekecil-kecilnya.
  3. Efisiensi. Kata kunci dari persaingan bebas adalah diperlukan adanya efisiensi dalam usaha. Siapa yang efisien akan bisa hidup dan bisa melakukan transaksi sedangkan yang tidak efisien akan bangkrut lalu keluar pasar (free exit and free entry).
  4. Globalisasi. Pasar global menganut beberapa prinsip seperti persaingan bebas, efisiensi, homoeconomicus, free entry-free exit. Semua prinsip ini menimbulkan ketidak adilan pada masyarakat.
  5. Industrialisasi. Kesalahan pada industrialisasi terjadi ketika ditengarai bahwa buruh dibayar sangat rendah, sehingga majikan dianggap memeras keringat buruh. Industri hidup berdasarkan nilai lebih yang dihasilkan buruh pabrik.

Jadi, kesalahan pada industrialisasi yang dikembangkan dalam Sistem Kapitalis, terjadi ketika ditengarai bahwa buruh dibayar sangat rendah, sehingga majikan dianggap memeras keringat buruh. Industri hidup berdasarkan nilai lebih yang dihasilkan buruh pabrik.


Menjadikan Sistem Ekonomi Spiritual Sebangai Mainstream Perekonomian Indonesia 


Alhamdulillah l! Dibalik berbagai dampak Negatif yang ditimbulkannya, pandemi corona telah Membangkitkan Kesadaran Spiritual kita. Di atas kekuasaan manusia yang berkuasa masih ada Yang Maha Kuasa


Karena itu, marilah kita jadikan Pandemi Corona ini menjadi Titik Balik (turning point) untuk kembali ke Jati Diri bangsa yang Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, termasuk dalam ekonomi.


Seiring dengan hal tersebut di atas perlu kita sadari bahwa sistem kapitalis maupun sosialis jelas tidak sesuai dengan sistem nilai Pancasila yang berbasiskan Ketuhanan Yang Maha Esa. Keduanya bersifat eksploitatif dan tidak adil serta memperlakukan manusia bukan sebagai manusia. Kedua sistem itu juga terbukti tidak mampu menjawab tantangan ekonomi, politik, sosial dan moral di zaman sekarang. 


Hal ini bukan saja dikarenakan ada perbedaan ideologis, sikap moral dan kerangka sosial politik, tetapi juga karena alasan-alasan yang lebih bersifat ekonomis duniawi, perbedaan sumberdaya, stuasi ekonomi internasional yang berubah, tingkat ekonomi masing-masing dan biaya sosial ekonomi pembangunan.


Teori pembangunan seperti yang dikembangkan di Barat, banyak dipengaruhi oleh karakteristik unik dan spesifik, juga  dipengaruhi oleh nilai dan infra struktur sosial politik ekonomi Barat. Teori demikian jelas  tidak dapat diterapkan persis di Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Terlebih lagi, sebagian teori pembangunan Barat lahir dari teori Kapitalis. Karena kelemahan mendasar inilah, maka teori tersebut tidak mampu menyelesaikan persoalan pembangunan di Bumi Nusantara ini.


Mengingat terdapat kelemahan dan kegagalan system kapitalis yang berbasiskan sistem ekonomi pasar/material maka satu alternative pemecahan perlu dikaji penggunaan system ekonomi spiritual dalam memecahkan persoalan ekonomi (khususnya pembangunan) regional dan nasional.


Ketika sistem ekonomi kapitalisme mengalami kegagalan maka peluang ekonomi spiritual makin terbuka luas untuk menjadi solusi kerusakan ekonomi dunia. Diharapkan para ilmuwan dan terutama para praktisi ekonomi Islam saat ini dapat memanfaatkan  peluang besar yang sangat strategis itu dengan jihad iqtishadi (perjuangan ekonomi) dan ijtihad yang lebih kreatif dan inovatif dalam koridor syari’ah ilahiyah. Semoga! (az).



This blog is created for your interest and in our interest as well as a website and social media sharing info Interest and Other Entertainment.