-->
logo

RESPOND WITH IMAN : 7 Langkah Strategis Mengatasi Resesi Ekonomi

Hot News

Hotline

RESPOND WITH IMAN : 7 Langkah Strategis Mengatasi Resesi Ekonomi

SKJENIUS.COM, Jakarta.— Tahun 2020 menjadi tahun kritis untuk Indonesia! Karena itu, jika tidak ditangani dengan baik dan benar sesuai Petunjuk-Nya, bukan mustahil RI masuk krisis ekonomi. Betapa Tidak? Ekonomi yang Gagal Meroket, mendadak dihantam Prahara Corona. Ekonomi anjlok pada Kuartal II-2020, hingga minus 5,32 Persen. Karuan saja Indonesia berada di tepi Jurang Resesi?

Parahnya saat di ambang resesi sekarang ini, kondisi keuangan negara tercatat defisit hingga Rp.500 triliun. Pemerintah bahkan menambah utang hingga Rp.600 triliun. Jadi, Utang Indonesia pada Agustus 2020 Tembus Rp 6.076 Triliun?


Ekonom Indef Bhima Yudhistira Adhinegara menilai lonjakan utang pemerintah bisa berpotensi memicu aliran modal asing keluar (capital outflow) hingga krisis ekonomi. Ia menilai utang pemerintah saat ini tumbuh lebih agresif ketimbang utang sektor swasta yang justru mulai melandai sejak 2018 lalu.


"Ini kondisinya beda dengan 1998 silam. Bahkan, lebih bahaya karena penyebab capital outflow justru bisa berasal dari pemerintah, dari government bond (utang pemerintah)," ujarnya dalam sebuah diskusi, Senin (7/9) malam.


Tak hanya itu, Bhima Yudhistira juga mengingatkan, perekonomian Indonesia dinilai tidak hanya resesi tapi bisa menuju ke arah depresi jika perekonomian masih belum bangkit.


"Resesi ekonomi bisa berlanjut ke depresi ekonomi jika kuartal ke II dan III tahun 2021 masih belum positif pertumbuhan PDB nya. Titik terendah ekonomi belum bisa terlihat," ujar Ekonom INDEF Bhima Yudhistira, Rabu (30/9/2020).


A Spiritual Response to the Economic Recession


Dengan kabar resesi yang semakin kencang bertiup, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk menghadapi kemungkinan buruk ini. Namun, sebelumnya perlu Anda pahami bahwa resesi ekonomi yang melanda sebagian besar negara-negara kapitalis, termasuk Amerika Serikat dan Sekutunya di Eropa merupakan Lonceng Kematian Sekularisme di seluruh dunia. 


Pasalnya, sekularisme yang melahirkan sistem ekonomi kapitalis mengabaikan nilai-nilai spiritual, moral dan etika dalam berbisnis. Jadi, Krisis Global hari ini bukanlah semata sebagai krisis ekonomi yang diakibatkan wabah Covid-19. Sesungguhnya krisis sudah sedemikian lama menjadi realitas dari kehidupan kita akibat tegangan-tegangan yang tak lagi terselesaikan dalam sistem kapitalisme. Sebagai warisan penjajah Barat, sekularisme merupakan paham yang rusak karena jelas-jelas menolak peran agama dalam pengaturan kehidupan,


Jadi, Menanggapi Resesi yang terjadi kali ini harus dengan Paradigma Holistik. Kita harus mengurai masalah secara Komprehensip dengan memadukan Teori Ekonomi dan Respons Keimanan. Karena itu tak perlu takut, tapi hadapi dengan tenang, serahkan masalahnya kepada Allah Mohon Petunjuk-Nya dan berdo’a meminta Solusi terbaik dari Allah SWT. Berikut Apa yang Harus Dilakukan Jika Krisis Datang : 


1. Menyadari Bahwa Pandemi dan Resesi sebagai Pepeling dari Langit.


Tanpa menafikan perlunya uraian ilmiah tentang berbagai penyebab resesi ekonomi (kebijakan moneter, utang luar negeri, ketidak seimbangan pertumbuhan dan pemerataan) dan menyarankan tanggapan kebijakan (intervensi kebijakan untuk memulihkan harga, penguatan potensi ekonomi dalam negeri, stimulan dan insentif untuk UMKM), melaui artikel ini, saya ingin merefleksikan tanggapan spiritual terhadap krisis


Sistem kapitalis dibangun atas dasar kerakusan. Ideologi materialisme yang hanya mementingkan kekayaan telah membuat masyarakat terutama pemilik modal besar menjadi rakus. Karena itulah pentingnya Respons Spiritual Terhadap Resesi Ekonomi ini (A Spiritual Response to the Recession). Sehingga kita bisa memahami apa sesungguhnya Akar Krisis Ekonomi Global dan Dampaknya Terhadap Indonesia.


Sehingga kita menyadari bahwa resesi ini sesungguhnya Pepeling dari Allah agar kita tidak mengabaikan nilai-nilai spiritual, moral, etika dan Budaya Nusantara dalam berekonomi. 


2. Tingkatkan Kecerdasan Spiritual.


Sebagaimana sudah kita sebutkan di atas bahwa resesi yang menghantam dunia saat ini adalah seabagai koreksi total terhadap kelemahan sistem ekonomi kapitalis. Satu diantara sebabnya adalah ketidak seimbangan antara unsur material dan spiritual dalam ekonomi. 


Ibarat pohon, kapitalisme mempunyai akar tunggang yang menjadi sumber segala masalah, yaitu sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan). Kerusakan sistem ekonomi kapitalisme juga dapat dilihat dari berbagai institusi utama kapitalisme, yaitu sistem perbankan, sistem perusahaan kapitalisme (PT), dan sistem uang kertas (fiat money). Berbagai krisis ekonomi dan moneter seringkali bersumber dari sistem-sistem tersebut.


Maka, sekaranglah waktunya kita meningkatkan kecerdasan spiritual. Bertitik tolak dari spiritualisme itulah kita membangun sistem perekomian, keuangan dan bisnis masa depan. Ekonomi Spiritual adalah sebuah sistem ekonomi yang berbasiskan spritualisme atau agama, sehingga dari spiritual tersebut melahirkan tataperekonomian yang juga melibatkan norma dan moral sekaligus, dalam tataran pelaksanaan perekonomianbangsa dan negara. 


3. Melakukan Perjalanan Ruhani Pada Sepertiga Malam Menjemput Solusi di Sisi-Nya.


Sebagai orang beriman dan beraqal kita harus meyakini bahwa solusi terbaik atas segala masalah ada di Sisi Allah. Karena itulah kita perlu melakukan perjalanan ruhani pada sepertiga malam untuk menjemput Petunjuk dan Solusi ke Hadhirat Allah. 


“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk salat) di malam hari, kecuali sedikit (darinya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat.“ (QS. Al Muzammil : 1-5).


Secara umum selimut yang disebutkan dalam surat ini bisa diartikan sebagai sesuatu penutup tubuh ketika tidur namun secara implisit dapat dianalogikan juga sebagai suatu beban yang menghimpit tubuh yang dapat diartikan juga sebagai sebuah masalah yang sedang kita hadapi. 


4. Mendayagunakan Kekuatan Do’a. 


Do’a merupakan senjatanya orang mukmin. Doa merupakan pengharapan manusia terhadap Allah Subhanahu wata'ala sebagai Sang Pencipta.


Allah memerintahkan umat manusia agar selalu berdo’a, karena doa sebagian dari pada ibadah. Jika seseorang berdo’a dengan penuh pengharapan, dengan rasa ikhlas, niscaya Allah akan segera mengabulkan do’a-nya tersebut.


Allah itu Maha Kuasa. Dan melalui do’a, kita bisa berkomunikasi dengan Allah. Komunikasi yang kita lakukan ini bisa menguatkan spritualis dalam diri kita . Jika spritualitas kita besar maka kita memiliki ketenangan batin dalam menghadapi masalah.


5. Spiritual Convergence : Satukan Hati dan Batin Umat untuk  Mengatasi Resesi Ekonomi. 


Resesi Ekonomi bisa juga disebut sebagai musibah nasional, karena itu diperlukan kebersamaan dalam menghadapinya. Kebersamaan itu, bukan hanya segi lahiriah, namun kita perlu melakukan Spiritual Convergence. Satukan Hati dan Batin Umat untuk  Mengatasi Resesi Ekonomi. Dengan demikian energi positif akan terpancar secara kolektif. 


Tradisi sebenarnya telah mengajarkan kita tentang kearifan diri, melawan musibah tidak dengan ketakutan, tetapi penguatan dengan penyatuan pada “energi spiritual” yang berujung semangat dan peningkatan imun tubuh. Ritus do’a tolak bala (Istighatsah) sesungguhnya adalah simbol, yang menunjukkan bagaimana kuatnya manusia Nusantara menghadapi segala cobaan secara bersama dan gotong royong. 


Keberanian menjalani hidup dengan optimis dan konvergensi batin di tengah musibah itu penting, sebab otomatis meningkatkan sistem imun dalam tubuh dan meningkatkan potensi pikiran Kolektif. Karena itu, tidak sedikit yang mempercayai bahwa setelah ritual-ritual itu dilangsungkan, hati menjadi lebih tenang dan damai serta turunnya wangsit (ilham) yang melahirkan ide-ide baru untuk mengatasi masalah.


6. Rekonstruksi Ekonomi Nusantara : Menata Ulang Sistem Ekonomi, Keuangan dan Bisnis Berbasis Spiritual


Pandemi Covid-19 yang telah menjebloskan Amerika dan sekutunya di Eropa bersama 49 negara kapitalis lainnya ke jurang resesi telah  menunjukkan kebobrokan sistem ekonomi sekuler itu. Bahkan, Dalam ensiklik terbarunya, Paus Fransiskus mencela "teori ajaib" kapitalisme yang menurutnya sering dipandang "sebagai satu-satunya solusi untuk masalah sosial." Padahal, Kapitalisme Gagal Lindungi Kemanusiaan Selama Pandemi.


Oleh karena itu, sekaranglah saatnya kita kembali ke Jati Diri bangsa yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Untuk itu, kita perlu melakukan Rekonstruksi Sistem Ekonomi, Bisnis dan Keuangan. Marilah kita jadikan resesi ekonomi ini sebagai momentum untuk Mengembangkan Sistem Ekonomi Pancasila yang berdasarkan Spiritualitas dan Nilai-Nilai Kearifan Lokal yang ada di Bumi Nusantara ini. 


7. Sedekah : Menguatkan Solidaritas Sosial dan Gotong Royong.


Resesi Ekonomi berdampak pada kemerosotan ekonomi umat, terjadinya PHK besar-besaran tentu saja menambah pengangguran dan meningkatkan kemiskinanDalam Kondisi dan Situasi menghadapi musibah inilah kita harus meningkatkan rasa solidaritas sosial. Pada kondisi Musibah Resesi ini, selayaknya kita tidak melihat latar belakang sosial; tidak melihat asal suku, asal agama, status sosial maupun jenis kelamin. Kita hanya melihat sisi kemanusian (human interest).


Disinilah rasa persaudaraan meningkat. Ajaran Islam yang rahmatan lil alamin benar-benar membumi. Kesalehan sosial benar-benar terasa. Untuk itulah kita harus meningkatkan Sedekah dalam upaya Menguatkan Solidaritas Sosial dan Gotong Royong.


Nilai-nilai muamalah (kemanusiaan) yang dibawa Islam benar-benar membumi. Firman Allah SWT dalam Alquran, surah Al-An’am: 160; “Barang siapa yang membawa satu kebaikan, maka baginya sepuluh kali lipat kebaikan itu.”


Idealnya, rasa solidaritas, rasa kesetiakawanan sosial muncul tidak harus melalui musibah dan resesi. Kemunculan rasa solidaritas sosial tidak harus diawali musibah, pandemi, bencana alam atau resesi ekonomi. Kita tidak ingin adanya jatuh korban, baru muncul rasa kesetiakawanan sosial. Kita ingin, rasa kesetiakawanan sosial benar-benar tinggi di masyarakat.


Semoga uraian singkat ini dapat bermanfaat untuk kita semua, terutama dalam persiapan kita menghadapi resesi ekonomi dan semoga kita bisa mengambil Hikmah dan Peluang Besar yang disediakan Allah bersama datangnya musibah itu. Sometimes the world needs a Economic Recession Turning challenges into opportunities. (az).




This blog is created for your interest and in our interest as well as a website and social media sharing info Interest and Other Entertainment.