-->
logo

Nikmatnya Shalat: Menjemput Pertolongan di Hadhirat-Nya

Hot News

Hotline

Nikmatnya Shalat: Menjemput Pertolongan di Hadhirat-Nya



SKJENIUS.COM, CIKARANG,- Nikmatnya Hidup dan Indahnya Kehidupan karena di dalamnya ada Dinamika. Terkadang kehidupan itu seperti roda yang akan terus berputar, kadang diatas, penuh dengan kebahagiaan dan sukacita, kadang di bawah, penuh tekanan dan derita. Di lain waktu gerak kehidupan bisa juga seperti alur spiritual pasang surut, naik turun, susah senang, sakit sehat, miskin kaya tetap berganti namun tidak lagi pada situasi yang sama. Sampai akhirnya kita lulus ujian mendapatkan status S4, Susah Senang Sama Saja.

Seiring dengan itu, perlu kita sadari bersama, Sang Pencipta kita adat Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dia sering menguji keimanan kita. Sekaligus Dia pun memberikan solusi terbaik-Nya: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (QS. Al-Baqarah: 45).

Perintah dalam ayat di atas merupakan cara, sekaligus solusi agar umat secara kolektif bisa mengatasi dengan baik segala kesulitan dan problematika yang datang silih berganti. Sehingga melalui ayat ini, Allah memerintahkan agar kita memohon pertolongan kepada-Nya dengan senantiasa mengedepankan sikap sabar dan menjaga shalat dengan istiqamah.

Kata sabar lebih dari seratus kali disebut didalam Al Qur’an. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya makna sabar. Karena sabar merupakan poros, sekaligus inti dan asas segala macam kemuliaan akhlak. Jika kita telusuri lebih lanjut ternyata hakekat seluruh akhlak mulia adalah sabar. Sabar selalu menjadi asas atau landasaannya orang beriman.

Sesungguhnya dalam shalat terintegrasi proses latihan meletakkan kendali diri secara proporsional, mulai dari gerakan, inderawi, aqal, dan pengelolaan nafsu yang pada akhirnya akan menghasilkan jiwa yang bersifat muthma’innah. Orang yang memiliki jiwa muthma’innah inilah yang pada  akhirnya akan mampu mengaplikasikan nilai-nilai shalat dalam keseharian yaitu nilai-nilai yang didominasi kesabaran paripurna.

Kedua hal ini merupakan sarana meminta tolong yang terbaik ketika menghadapi berbagai kesulitan. Rasulullah saw selaku uswah hasanah, telah memberi contoh yang konkrit dalam mengamalkan ayat ini. Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dijelaskan bahwa, “Sesungguhnya Rasulullah saw apabila menghadapi suatu persoalan, beliau segera mengerjakan shalat”.

Jadi, apapun penyakit yang kita derita, bagaimana pun rumitnya masalah yang ditemui, seberapa besar pun utang yang harus dibayar, sesulit-sulitnya krisis yang dihadapi, sejauh-jauhnya Jarak antara masalah dan Solusi adalah sejarak antara kening dan Sajadah.

Nikmatnya Shalat, Indahnya Sujud

Setiap anggota badan, menurut Muhammad Nursalim, memiliki momentum untuk merasakan kenikmatan. Nikmatnya lidah adalah saat makanan lezat dimasukkan ke mulut. Nikmatnya mata ketika dapat sempurna membedakan warna dan memandang indahnya alam.

Nikmatnya hati adalah saat ia berhasil melihat Tuhan. Kata Nabi itulah ihsan yaitu seakan-akan kita melihat Allah SWT bila tidak mampu kita merasakan dilihat Allah. Ini merupakan kenikmatan tertinggi bagi manusia.

Kondisi  seperti ini dapat diraih seorang mukmin tatkala shalat. Hadirnya hati dalam setiap kalimat yang diucapkan seorang yang shalat merupakan kunci utamanya. Ia betul-betul merasakan sedang dialog dengan sang Pencipta.

Itulah jenis shalat yang berkualitas. Inilah yang disebut Shalat Khusyu'. Sehingga Allah SWT menjanjikan pemenuhan segala yang diminta orang yang shalat itu.

“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka (selalu) berdo’a kepada Kami dengan berharap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ (dalam beribadah).” (QS. Al-Anbiyâ’: 90].

Menurut Abi Abdul Jabbar, secara bahasa, khusyu’ berarti Tunduk, Pasrah, Merendah Atau Diam. Artinya mirip dengan kata khudu’. Hanya saja kata khudu lebih sering digunakan untuk anggota badan, sedangkan khusyu’ untuk kondisi dan gerak-gerik hati

Sedangkan menurut istilah Khusyu’ artinya kelembutan hati, ketenangan sanubari yang berfungsi menghindari keinginan keji yang berpangkal dari memperturutkan hawa nafsu hewani, serta kepasrahan di hadapan ilahi yang dapat melenyapkan keangkuhan, kesombongan dan sikap tinggi hati. Dengan itu, seorang hamba akan menghadap Allah dengan sepenuh hati. Ia hanya bergerak sesuai petunjuk-Nya, dan hanya diam juga sesuai dengan kehendak-Nya.

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya. ” (QS. al-Mu’minun: 1-2)

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, K.H.A.M Zamri Khadimullah dalam bukunya, "Khusyu'kan SHALATMU: Mi'raj Spiritual Seorang Muslim", menjelaskan ada Tujuh Hal yang harus dipahami dan diamalkan oleh seseorang yang ingin Meraih Khusyu' dalam Shalat, yaitu:

  1. Kesadaran,
  2. Mengerti Bacaan dan Makna Gerakan Shalat,
  3. Penghayatan Shalat,
  4. Zikir,
  5. Keselarasan,
  6. Thuma'nah,
  7. Mengamalkan Nilai-nilai Shalat dalam Kehidupan

Mi'raj Spiritual Seorang Muslim

Setiap orang tentu ingin meningkatkan kualitas hidupnya. Untuk itu, umat manusia perlu dibimbing untuk menemukan kembali eksistensi dirinya, sehingga mereka dapat meningkatkan kwalitas sumber daya manusia “dari dalam diri manusia sendiri.” Dan kesemuanya itu dimulai dengan membenahi shalat mereka.

Intisari dari shalat adalah tuntutan kepada batin manusia dalam upaya memperoleh perhubungan dengan Yang Ada diluar kenyataan, yakni Yang Maha Tinggi, Yang Maha Kuasa. Melalui Shalat kita menjalin  komunikasi dengan Allah SWT. 

Shalat ialah mengeluarkan arus atau banjir batin yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, ke dalam Keadaan Yang Akbar, yang ada di hadapan kita; ialah pengluasan daerah, pengluasan batas-batas tubuh kita, mencari dan meraba, gerakan gelombang gelombang gaib ke arah Pusat Kekuasaan yang selalu ada di hadapan kita.

Karena itu melalui shalat khusyu’ kita dapat menemukan dan mengeksplorasi tenaga tersembunyi (hidden power) itu. Shalat adalah sumber tumbuhnya kasih sayang, menghilangkan segala duka cita dan berbagai kesulitan.

Jadi, perbaikan nasib, perbaikan hidup, tidak bisa disandarkan pada angan-angan kosong atau mitos (dongeng). Perbaikan hidup hanya bisa dilakukan bila kita mempunyai sesuatu yang merupakan simbol pembangkit semangat dan fanatisme, yang mampu menjadi ruh sekaligus darah segar yang mengalir deras di sekujur tubuh bangsa.

“Dan tidaklah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, namun mereka (tidak) juga bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?” (QS At-Taubah: 126).

Tidak ada lagi yang paling mendesak untuk segera dilakukan agar bangsa ini segera terlepas dari keterpurukan dan serangan bencana yang terus-menerus datang kecuali kembali (taubat) kepada Allah. Pemimpin negeri ini tidak cukup dengan hanya menjelaskan telah melakukan segala upaya dan memaparkan langkah yang akan dilakukan guna menanggulangi bencana. Lebih dari itu pemimpin sebagai manusia yang beriman harus memberikan instruksi kepada masyarakat beriman agar bersama melaksanakan Shalat Taubat kepada Allah.

Secara keseluruhan praktek-praktek ritual Islam adalah sebuah proses kembali kepada Allah. Yang paling menonjol adalah shalat sebagai simbol berhadapan (tawajjuh) dan komunikasi seorang hamba dengan Sang Pencipta. Dalam sebuah hadis disebutkan, "shalat adalah mi'raj setiap orang yang beriman".

Seorang muslim melakukan shalat setiap hari, minimum, lima kali, berarti setiap hari ia bertaubat kepada Allah SWT. “Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan bersegeralah menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi.” (QS. Ali Imran : 133). (az).




This blog is created for your interest and in our interest as well as a website and social media sharing info Interest and Other Entertainment.