Jakarta, SKJENIUS.COM.- Kemana Arah Kebudayaan Indonesia di Tengah Dunia yang Dicengkeram Kapitalis Amerika dan Dijerat Sosialis Cina? Gencarnya arus globalisasi dengan diikuti hadirnya kecanggihan teknologi di dalam penerapannya yang menerpa Indonesia, membuat lahirnya peradaban Indonesia dibawa menuju kearah kehidupan dunia barat.
Sementara itu, Ratusan Negara Terperangkap Diplomasi Jebakan Utang China. Tahun lalu, Sri Lanka harus rela menyerahkan pelabuhannya karena masalah utang ke China. Akibatnya, Diplomasi Utang China juga mendapat julukan Diplomasi Jebakan Utang (debt-trap diplomacy). China dikritik karena menggelontorkan utang lewat program Jalur Sutera Baru mereka.
Bagaimana dengan Indonesia? Pasalnya, Berdasarkan data statistik utang luar negeri Indonesia (SULNI) yang dirilis Bank Indonesia (BI) periode terbaru, yakni per September 2019 menurut negara pemberi kredit, utang Indonesia yang berasal dari China tercatat sebesar 17,75 miliar dollar AS atau setara Rp 274 triliun (kurs Rp 13.940).
Dengan demikian, Indonesia dinilai tengah mengalami masalah besar dalam kebudayaan di tengah Arogansi Pemilik Modal (Kapitalis Amerika dan Sosialis Cina) serta arogansi kekuasaan. Sehingga membuat banyak manusia kehilangan otentisitasnya.
Sejak pascareformasi hingga saat ini kebudayaan di Indonesia terus mengalami banyak tantangan yang cukup serius, khususnya generasi muda yang sudah mulai banyak kurang memahami kebudayaan lokal. Banyak di antara mereka yang tidak memiliki ketertarikan khusus akan kebudayaan lokal.
Kebudayaan Indonesia mengalami krisis karena kurang perhatiannya para penguasa. Jika tak didukung oleh pemerintah bukan tidak mungkin secara perlahan akan mengalami kepunahannya.
Hari ini kita berada di dalam kebudayaan yang tak tentu kemana arahnya. Sementara itu, Penyebaran arus globalisasi menjadi suatu hal yang tak terelakkan dewasa ini. Perkembangan globalisasi memiliki dampak positif dan juga negatif. Terkait dengan hal tersebut, Kebudayaan harus menjadi fondasi dari setiap kebijakan pembangunan yang dilakukan di Indonesia. Karena itulah, Kebudayaan memiliki peran strategis bagi sebuah bangsa.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu memandang perlunya Reformasi politik menjadi pintu gerbang untuk melakukan perubahan bukan hanya pada bidang politik saja tetapi juga bidang kebudayaan pada umumnya. Harapan seperti itu tidak berlebihan mengingat politik biasanya bisa melakukan perubahan besar yang berimbas pada semua bidang kehidupan menjadi lebih baik, khususnya kebudayaan.
Sayangnya, masih banyak masalah yang tersisa dan menghalangi tercapainya tujuan bersama dalam bernegara melalui reformasi tersebut. Oleh karena itu, perlu upaya menata strategi baru untuk keluar dari krisis kebudayaan yang terjadi dalam reformasi itu.
Upaya tersebut akan kita bahas dalam Diskusi Kebudayaan Melalui Group ini bertajuk Keluar dari Krisis Kebudayaan: Upaya Menata Strategi Baru.
Silakan Disampaikan Saran dan Pendapat serta Komentarnya. 👍❤🇮🇩 (az).