-->
logo

Bagaimana Mentransfer Masalah Anda kepada Allah di Tengah Hantaman Resesi Ekonomi?

Hot News

Hotline

Bagaimana Mentransfer Masalah Anda kepada Allah di Tengah Hantaman Resesi Ekonomi?

SKJENIUS.COM, Cikarang.— MERISAUKAN, Memang! Betapa tidak? Resesi Ekonomi di tengah eskalasi Pandemi adalah masalah  berat yang harus kita hadapi.  Itu semua ada di benak kita saat ini, apakah kita kesepian di tempat karantina sendirian, atau sedang bingung menghadapi kondisi ekonomi yang semakin tak menentu.

Mungkin ada juga diantara kita yang sedang termenung di sudut ruangan karena baru saja diterjang badai PHK? Sementara itu, para pengusaha mau tidak mau harus memutar otak lebih dari biasanya agar bisa bertahan di tengah Jepitan Pandemi dan Terjangan Resesi Ekonomi ini.

Apa yang terjadi pada sebagian dari kita pada akhirnya akan berdampak pada kita semua.  Dunia kita saat ini sangat membutuhkan campur tangan Allah  dan solusi integral yang mencakup seluruh ciptaan.

Untuk itulah, kita harus memeriksa hati nurani kita, kembali kepada Allah, dan berpegangan pada satu sama lain dengan penuh cinta kasih dan semangat gotong royong.  Pertanyaan yang kita semua tanyakan pada diri kita sendiri, “Mengapa kita?  Kenapa sekarang?  Dimana Allah? "

Sebagai seorang Spiritual Business Consultant, melalui uraian singkat ini berupaya menemukan jawaban atas berbagai pertanyaan yang ada di kepala kita saat ini. Dalam beberapa hari ini, saya banyak memikirkan tentang bagaimana dampak negatif yang ditimbulkannya oleh Resesi Ekonomi di tengah eskalasi pandemi ini dapat memengaruhi orang  secara spiritual.

Seiring dengan itu, saya pun ingin berbagi pengalaman dalam menghadapi krisis ekonomi pada tahun 1998 dan 2008 lalu. Pasalnya, kalangan pengusaha, khususnya yang menjadi klien Spiritual Business Consultant, banyak yang bertanya, "Adakah Solusi Spiritual untuk mengatasi Pandemi COVID-19 dan kiat apa yang harus dilakukan agar bisa bertahan di tengah terjangan badai resesi ekonomi ini?"

Beriman di Tengah Guncangan Ekonomi

Sebagaimana sudah kita ketahui dan rasakan bersama, dampak wabah Covid-19 kepada perekonomian Indonesia sangat dahsyat. Bahkan tak sedikit beberapa perusahaan yang mengalami kebankrutan hingga harus memberlakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada para karyawannya akibat wabah yang belum terselesaikan ini. Imbasnya, Angka Pengangguran di Indonesia Meningkat Hingga 9,7 Juta Orang

Namun, demikian dibalik ketidakberdayaan manusia menghadapi Virus Corona ini, muncul kesadaran bahwa sesungguhnya manusia tidak berdaya di hadapan Kuasa Allah yang menghadirkan virus corona sebagai teguran keras atas kesombongan manusia selama ini.

Dengan demikian, Krisis Coronavirus Bisa Berarti Kebangkitan Spiritual, Sehingga Muncul Yang Baik, Bukan Jelek. Maka, marilah kita jadikan Prahara Covid-19 ini sebagai titik balik (turning point) ke Jati Diri bangsa yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pasalnya, selama ini entah disadari atau tidak, sebagian besar dari kita mengalami krisis spiritual.

Krisis Spiritual Timbul Akibat Cengkeraman Sekularisme-Materialistik dalam kehidupan dan sistem pendidikan kita. Sehingga Terputusnya Ilmu Pengetahuan dari Spiritualitas. Krisis spiritual ini dinilai bukan hanya terjadi pada sebagian kalangan lapisan masyarakat saja. Tapi hampir melingkupi seluruh elemen bangsa.

Bahkan, menurut Dosen Ilmu Filsafat, Tauhid dan Tasawuf Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Hamdani, banyak umat Islam Indonesia yang semakin tidak mengenal Allah, sehingga mereka menyembah Allah tapi menghamba ke makhluk dan harta benda.

"Krisis spiritual bangsa ini dapat dilihat dari semakin krisisnya pengetahuan tentang Allah. Esensi ilahi hanya dipandang ketika beribadah. Sehingga esensi Allah semakin samar, abstrak bahkan semakin tidak jelas di setiap kehidupan," katanya.

Karena itulah, kita sepakat dengan Rektor IAIN Ambon, Dr. Hasbollah Toisuta, M.Ag yang mengungkapkan manfaat positif Social Distancing yang menyebabkan orang harus beribadah di rumah. "Pada dimensi yang lain, dengan beribadah di rumah bermakna kita sedang dilatih untuk bagaimana menghayati kehadiran-Nya pada saat kesendirian kita," katanya.

Dr. Hasbollah Toisuta, M.Ag, mengingatkan, mungkin selama ini masjid-masjid tidak lagi menjadi rumah untuk sang hamba kembali kepada-Nya dengan khusyuk? "Melainkan menjadi monumen yang kita selalu kunjungi setiap waktu, namun dengan egoisme hati kita, dengan sikap kita yang suka pamer akan kesombongan spritual kita yang justeru menjauhkan kita dari hidayah-Nya?" Tanya Rektor IAIN Ambon itu.

Seperti diriwayatkan dari Saidiana Ali, “Akan datang suatu zaman…dimana masjid-masjid relatif indah dan makmur, namun hati jamaahnya sepi dan kering dari hidayah (… masaajiduhum ‘amiran wa hiya khorabun minal hudyi)”. Maka dengan beribadah di rumah banyak yang sejatinya kita tansendensikan dalam proses muhasabah diri kita.

"Jangan-jangan inilah cara yang Allah mengembalikan (baca: menyadarkan) kita kepada-Nya dalam kesedirian dan kepolosan diri kita? Kalau seperti itu rahasianya, meka sesungguhnya virus corona menyimpan “blessing in disguise” agar kita lebih asyik dan ma’syuk dengan-Nya," pungkasnya.

Allah Will Help You Solve Your Problems

Saya pernah menulis sebuah artikel yang berjudul "Berserah Diri Pada Allah adalah Solusi, karena Dia akan menyelesaikan semua masalah kita”.  Maka, muncullah berbagai pertanyaan,  antara lain, “Tapi bagaimana bisa Dia?  Akankah semua persoalan  lenyap jika saya berpaling kepada Allah?  Saya punya begitu banyak masalah, saya tidak melihat bagaimana orang bisa menyelesaikannya, bahkan Allah?”

Jawaban dari beberapa pertanyaan tersebut di atas adalah berbanding lurus dengan kualitas keimanan seseorang. Jika, kita yakin bahwa Allah itu adalah Sang Pencipta Yang Maha Kuasa dan Maha Memelihara, maka tidak peduli siapa kita atau bagaimana situasi kita, lebih baik menghadapi masalah hidup bersama Allah daripada menghadapinya sendirian.

"(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Rabb-nya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS. Al Baqarah: 112).

Karena itulah, ketika manusia berhadapan dengan persoalan hidup dan menyadari keterbatasannya, maka kita memasrahkan diri kepada Allah. Dia (Allah) yang memiliki kekuatan tak terbatas. Allah pula yang lebih mengetahui segala sesuatunya.

Apakah ini berarti semua masalah Anda tiba-tiba akan lenyap jika Anda menyerahkan hidup Anda kepada Allah?  Kenapa tidak, tapi bisa juga  belum tentu, meskipun beberapa di antaranya mungkin. Kadang penyelesaiannya tak sesuai harapan kita. Tapi percayalah itu yang terbaik untuk kita saat ini.

Jangan pernah putus harapan. Karena di setiap masalah ada pembelajaran. Bahkan, Allah akan memberi kita tujuan baru dalam hidup - keinginan untuk hidup untuk Dia, bukan untuk diri kita sendiri. 

Dan ketika kita mendahulukan kehendak Allah dalam hidup kita daripada keinginan kita sendiri, banyak konflik dan masalah yang kita hadapi akan mulai memudar.  Allah berfirman, "Dan barangsiapa yang berserah diri  (bertawakal) kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya”. (Ath-Thalaq : 3).

Yaitu yang mencukupinya, Ar-Robi’ bin Khutsaim berkata : "Dari segala sesuatu yang menyempitkan (menyusahkan) manusia." (HR Bukhari). Jadi Allah menyelesaikan Masalah Kita dengan "Cara"-Nya. Maka bersyukurlah atas segala karunia-Nya. (az).

This blog is created for your interest and in our interest as well as a website and social media sharing info Interest and Other Entertainment.