-->
logo

Bagaimana Menjadikan Allah Sebagai Partner Terbaik Dalam Bisnis?

Hot News

Hotline

Bagaimana Menjadikan Allah Sebagai Partner Terbaik Dalam Bisnis?

 

SKJENIUS.COM, Cikarang.— ALHAMDULILLAH ! Dibalik ancamannya yang mencemaskan serta efek negatif yang ditimbulkannya di berbagai segi kehidupan dan ekonomi, ternyata Wabah Corona juga mempunyai dampak positif yang luar biasa. 


Betapa tidak? Virus Covid-19  yang sudah mewabah selama delapan purnama ini telah membangkitkan kesadaran spiritual sebagian besar dari Umat Islam di Dunia, juga di Indonesia. Jika dipandang dengan lensa spiritual, pada hakikatnya prahara virus Corona menyadarkan umat manusia bahwa di atas langit masih ada langit. Prahara Corona menyadarkan umat manusia bahwa di atas kekuasaan manusia yang paling berkuasa masih ada Yang Maha Kuasa.


Menyadari betapa nihil kemampuan diri kita sendiri yang dijamin mustahil mampu menghadapi apalagi menanggulangi wabah virus Corona, maka ojo dumeh (sombong) di hadapan Allah dan antar sesama. Tak ada alasan sama sekali bagi kita untuk berani takabur adigang-adigung. Semoga diri kita tidak tertular virus Corona.


Maka virus Corona menyadarkan kita untuk senantiasa mawas diri. Pandemi covid-19 menyadarkan kita untuk lebih berupaya mengendalikan diri sendiri selaras makna adiluhur Jihad Al-Nafs. Untuk itu, kita perlu menyadari bahwa sesungguhnya melalui pandemi Covid-19 ini Allah, sekaligus sedang menguji tingkat kesadaran spiritualitas seseorang. 


Pasalnya, sudah terlalu lama kita mengalami krisis spiritual yang semakin akut dan menjadi. Krisis spiritual ini dinilai bukan hanya terjadi pada sebagian kalangan lapisan masyarakat saja. Tapi bahkan hampir melingkupi seluruh elemen bangsa. 


Coronavirus Crisis Could Mean Spiritual Awakening, so That Good, Not Bad, Emerges


Disadari atau tidak, selama ini Bangsa Indonesia dinilai memiliki krisis spiritual yang semakin akut dan menjadi. Krisis spiritual ini dinilai bukan hanya terjadi pada sebagian kalangan lapisan masyarakat saja. Tapi bahkan hampir melingkupi seluruh elemen bangsa. 


Hal ini disampaikan Dosen Ilmu Filsafat, Tauhid dan Tasawuf Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Hamdani dalam diskusi refleksi akhir tahun Krisis Spiritual Bangsa yang digelar di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Jumat (27/12). 


"Banyak umat Islam Indonesia yang semakin tidak mengenal Allah, sehingga mereka menyembah Allah tapi menghamba ke makhluk dan harta benda," ujarnya.


Menurut Hamdani, sebagaimana dilansir Republika.co.id, krisis spiritual bangsa ini dapat dilihat dari semakin krisisnya pengetahuan tentang Allah. Esensi ilahi hanya dipandang ketika beribadah. Sehingga esensi Allah semakin samar, abstrak bahkan semakin tidak jelas di setiap kehidupan. Kemudian, krisis spiritual lain adalah krisi kesadaran tentang Allah.

Menurut dia, krisis kesadaran tentang Allah SWT ini ditandai dengan tidak hadirnya Allah dalam setiap gerak dan laku. "Mereka seakan-akan bisa hidup sendiri, bisa berpikir sendiri tanpa tergantung kepada Allah SWT."


Kemudian yang terakhir, menurut dia, krisis spiritual masyarakat Indonesia karena krisis pengalaman tentang Allah. Krisis pengalaman tentang Allah ini ditandai dengan kedangkalannya memahami realitas. Karena segala sesuatu diukur dengan materi dan kekayaan. 

Sehingga menafikan adanya realitas yang mutlak dan tidak terbatas, yakni Allah tuhan pemilik segalanya. Akibat dari krisis spiritual ini, kata Hamdani, berdampak pada krisis yang lebih besar, yakni krisis sosial dan moral bangsa.


"Krisis spiritual tidak hanya membawa bangsa ini pada krisis iman dan aqidah semata, tapi juga membawa efek buruk lain pada krisis di pemerintahan, pendidikan, hukum, ekonomi dan politik," ungkapnya. 


Karenanya, Hamdani menekankan perlunya solusi bersama agar bangsa ini keluar dari krisis tersebut, yakni dengan transformasi spiritual. Transformasi spiritual ini, jelas Hamdani, dengan cara mengupayakan kesadaran kritis kehadiran Allah SWT dalam setiap tingkah dan laku. 


"Sehingga setiap mereka yang berupaya mencapai kesadaran kritis ini, mendapatkan kembali hakikat spiritual mereka yang terbatas dan bergantung pada Allah."


Maka marilah kita jadikan Prahara Corona sebagai titik balik (turning point) untuk melakukan Transformasi Spiritual dengan kembali ke Jati Diri bangsa yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Marilah kita sadari bersama bahwa Bangsa Indonesia adalah Pewaris Nusantara yang menghayati dan mengamalkan Nilai-nilai Spiritual Islam Nusantara dalam kehidupan pribadi, berbangsa dan bernegara.


Allah is Your Best Partner in Every Business


Covid-19 bukan menjadi halangan bagi para pebisnis untuk membuka usaha. Sebagai seorang Spiritual Business Consultant, saya mengajak para pengusaha khususnya generasi milenial untuk tetap bersemangat dan tidak berputus asa di masa pandemi coronavirus disease 2019 (Covid-19). 


Untuk itu, pelaku usaha harus terus memacu kreativitas dan inovasi menghadapi situasi yang serba sulit saat ini. Dan jangan lupa teruslah berdo’a mohon Petunjuk dan Bimbingan-Nya.


Dalam suatu Webinar bertajuk “Menjadi Manusia Baru yang Tangguh dalam Mengatasi Pandemi dan Resesi Ekonomi,” yang diselenggarakan Majelis Dakwah Al-Hikmah, saat sesi diskusi yang berlangsung hangat, saya langsung diserbu dengan pertanyaan klasik bagi mereka yang ingin memiliki bisnis namun merasa tidak punya modal. 

  1. Bagaimana membangun bisnis tanpa modal?
  2. Bagaimana membangun bisnis dengan modal minim?
  3. Bagaimana mendapatkan partner bisnis yang tepat?

Saya jadi teringat 23 tahun lalu saat memulai bisnis, tanpa modal, tanpa jaringan, tanpa ilmu bisnis yang mumpuni. Saya hanya seorang pengangguran yang ikut kegiatan pengajian di Pondok Pesantren Nurul Amal, lalu mencoba mendirikan Rumah Sehat Al-Hikmah. Terhitung nekat


Pasalnya hanya dua modal saya: I’tikaf dan do’a. I’tikaf, selama 21 hari agar bisa fokus dalam meningkatkan kuantitas dan kuliatas ibadah. Semuanya itu, saya tempuh sebagai upaya untuk mendekatkan diri pada Allah, sesuai arahan Guru Mursyid kita, Allahyarham KH. Abdurrahman Siregar.


Dalam I’tikaf saya Berdo’a mohon diarahkan jalannya, dicarikan partner terpercaya, dimudahkan membuat usaha, diberikan modal, saat itu saya hanya berharap keajaiban turun dari Langit. 


Tiga tahun selanjutnya, terbentuklah Rumah Sehat Al-Hikmah, yang merupakan satu diantara leader dalam Pengobatan Alternatif. Seiring dengan itu, saya juga diamanahkan untuk memipin sebuah Majelis Taklim para eksekutif di Kawasan Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Alhamdulillah, saya pun berkembang menjadi penulis, motivator, inspirator dan Spiritual Business Consultant, kesemuanya itu adalah sebuah jalan yang tidak disangka-sangka.


Do’a mungkin bagi sebagian orang adalah hal non-sense. Kita lebih sering percaya terhadap kekuatan orang lain. Kita lebih percaya kepada bank, kita lebih percaya pada hutang, pada teman, sahabat, partner, ilmu yang kita miliki, pengalaman, dan lain sebagainya. Namun, 9 dari 10 pengusaha pemula, belum tentu berdo’a dan menjadikan Allah adalah partner mereka.


Hari ini, saya Bersyukur bahwa apa yang saya capai, Alhamdulillah sesuai dengan do’a. Lancar. Sulit dipercaya, namun tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Tidak peduli berapa partner kita dalam usaha, namun tetap partner yang utama adalah Allah swt. Sertakan Allah sebagai partner dalam bisnis maupun bekerja, maka pada saat itu juga akan datang pertolongan-Nya dari arah yang tidak kita duga. 


Sehubungan dengan hal tersebut diatas saya ingin mengingatkan kembali diri saya bahwa apa pun yang dialami, dirasakan dan dihadapi seseorang adalah gambaran sejauhmana kedekatan orang tersebut kepada Sang Pencipta. Maka sukses tidaknya seseorang adalah berkaitan erat antara relasi dirinya dengan Allah. Jadi spiritualitas tidak sekadar relasi pribadi seseorang dengan Allah yang bersifat mistik, melainkan juga meliputi relasi kita dengan orang lain, alam sekitar, maupun situasi dan keadaan di luar diri kita yang kasat mata. 


Apa yang keluar dari seseorang atau apa pun yang diperoleh seseorang dalam kehidupan dan bisnis adalah hasil dari relasinya dengan Allah. Maka, bagaikan fenomena gunung es, tindakan aktual yang dilakukan seseorang, sikap dan ucapannya adalah puncak gunung es yang terlihat sebagai ekspresi dari relasi dengan Allah yang tidak terlihat. Karena itulah Manusia perlu membangun kehidupan spiritualnya sebagai suatu upaya mendekatkan dirinya pada Allah. (az).


This blog is created for your interest and in our interest as well as a website and social media sharing info Interest and Other Entertainment.