-->
logo

PARADIGMA ILAHIYAH : Meningkatkan Daya Saing Melalui Peningkatan Kualitas SDM

Hot News

Hotline

PARADIGMA ILAHIYAH : Meningkatkan Daya Saing Melalui Peningkatan Kualitas SDM

SKJENIUS.COM, Jakarta.-- MIRIS! Mendekati 75 Tahun HUT Kemerdekaan RI, Perekonomian Indonesia Malah Anjlok, pertumbuhan ekonomi Indonesia Triwulan II-2020, terkontraksi hingga minus 5,32 persen. Karuan saja, hal ini mendapat kritik tajam dari berbagai pihak. Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi Demokrat, Syarief Hasan mempertanyakan langkah ekonomi yang diambil oleh Pemerintah. Pasalnya, kontraksi hingga -5,32% ini merupakan kontraksi terdalam sejak tahun 1999. “Kondisi ini menunjukkan kurang efektifnya berbagai langkah ekonomi Pemerintah di masa Pandemi Covid-19”, ungkap Syarief.

Nampaknya sampai hari ini, kita belum menemukan jawaban atas pertanyaan yang sangat mendasar, “Mengapa demikian sulitnya negara kita untuk mengejar ketertinggalan dan menyejajarkan diri dengan negara-negara maju, padahal negara kita mempunyai sumber daya alam yang berlimpah. Sebaliknya banyak negara dengan keterbatasan sumber daya alam yang dimiliki mampu menjelma menjadi negara maju?”

Karena itulah, sebagai warga negara yang bertanggung jawab atas masa depan Indonesia, kita perlu membantu dan mengingatkan pemerintah bahwa berbagai upaya untuk menghadapi memajukan bangsa dan meningkatkan kualitas hidup rakyat, tidak akan berhasil, kecuali jika kita mendekatinya secara menyeluruh. Jadi, kita semua harus menyadari perlunya Paradigma Baru dalam Menyusun Rencana Pembanguna Nasional secara holistik hingga ke seluruh sistem, yang ditunjang kolaborasi dan kerja sama yang sinergis atau teamwork antara pemerintah, Ulama, ahli spiritual, entitas bisnis, dan seluruh elemen masyarakat.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, saya mengajak kita semua untuk mengembangkan Paradigma Ilahiyah dalam Meningkatkan Daya Saing Melalui Pembangunan Peningkatan Kualitas SDM. Pasalnya, Membangun bangsa adalah membangun generasi baru yang lebih unggul dari generasi sebelumnya, dan membangun manusia baru. Membangun Manusia Indonesia Seutuhnya merupakan hakikat pembangunan nasional Indonesia.

Akan tetapi, dalam usia mendekati 75 tahun kemerdekaan Indonesia kini, penyataan “Membangun Manusia Indonesia Seutuhnya”, masih belum beranjak dari tataran slogan dan retorika belaka. Mari kita renungkan dan kita refleksikan diri kita, bangsa kita, dengan penuh keikhlasan dan kejujuran, sudah sejauh mana implementasi “Membangun Manusia Indonesia Seutuhnya,” sebagai hakikat pembangunan nasional Indonesia.

Paradigma Ilahiyah Berupaya Menyigi Upaya Pembangunan Sumber Daya manusia itu dari Sudut Pandang Spiritual. Artinya kita harus melihat manusia itu secara utuh, Lahir Batin, Fisikal dan Spiritual. Sehingga kita menyadari sepenuhnya bahwa Sejatinya setiap manusia diberikan potensi, kelebihan dan kekurangan untuk menjalani kehidupan. Karena itulah, Ki Hajar Dewantara (1889-1959) mengingatkan, hakikat pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia. Pendidikan umumnya berarti daya-upaya memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak yang tak dapat dipisahkan bagian-bagian itu agar supaya dapat memajukan kesempurnaan hidup.

Dengan demikian, dalam upaya meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), kita harus meninggalkan kebiasaan dikotomik, cara pandang yang terpaku pada dua dimensi yang berbeda secara terkotak kotak dalam Sistem Pendidikan Nasional. Kita harus memadukan element yang bersifat empirik dengan yang non empirik, yang fisik dengan yang metafisik. Karena itulah, kita Perlu Menelisik Ketertinggalan Manusia Indonesia ini dari Sudut Pandang Spiritual. Pasalnya, segala aspek dalam kehidupan tidaklah lepas dari yang spiritualitas. Kehidupan nyata tidak lengkap jika tidak dilihat dari sudut metafisika, termasuk dalam Pengembangan SDM.

Maka, dalam Sudut Pandang Spiritualitas, kita bisa melihat dan membaca awal mula ketertinggalan Indonesia saat ini karena mengabaikan Pembangunan Kualitas Jiwa dan Raga rakyatnya secara seimbang dan komprehensif. Sehingga Perguruan Tinggi kita melahirkan Sarjana dengan jiwa terbelah, tidak seimbang anatara kecerdasan Intelektual dengan kekuatan spiritualnya. “Mungkin itulah sebabnya, deretan koruptor itu dipenuhi oleh oknum pejabat tinggi jebolan perguruan tinggi ?”

Semoga selama melakukan Social Distancing di saat sedang stay at home di tengah wabah virus corona kita bisa melakukan Refleksi Diri dan Kontemplasi untuk Mendapatkan Petunjuk Langit dalam upaya kita Membela Kaum Tertindas, Menyantuni Yatim dan Dhu'afa serta Memberdayakan Masyarakat serta Memberdayakan Masyarakat yang Termarjinalkan dalam Pembangunan.

Sejarah mengajarkan kepada kita bahwa sebelum diutus-Nya seorang Nabi untuk mengadakan Perubahan Besar pada suatu masyarakat, pasti ada peristiwa besar pada bangsa tersebut yaitu bangsa yang jahiliyah, kesombongan, lupa diri, euforia, radikalisme, aturan tatanan hilang semua. Sehingga, akhirnya hadirlah yang namanya Kebangkitan Spiritual dengan diwahyukan-Nya Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW, adalah nabi dan rasul terakhir hingga akhir zaman, bukan cuma pelopor, tapi tokoh sejati reformasi dunia yang tiada duanya.

Kemudian, dalam Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, umat manusia yang bersama Beliau itu bertransformasi menjadi masyarakat yang memiliki spiritual yang tinggi dan kuat, sehingga mendatangkan kekuatan ekonomi, politik, sosial, kekuatan budaya, keamanan, ketahanan. Maka, dalam tempo relatif singkat atau sekitar 22 tahun dapat mengantarkan masyarakat dunia dari kegelapan ke alam yang terang untuk menuju jalan yang lurus. Sehingga muncullah Tatanan Dunia Baru dengan Kebudayaan Luhur dan Peradaban Adhi Luhung di berbagai belahan dunia, termasuk di Bumi Nusantara ini.

Jadi, dalam Sudut Pandang Spiritual, kemerosotan ekonomi Indonesia yang terancam resesi di tengah Prahara Covid-19 ini, harus menjadi pembelajaran bagi bangsa Indonesia untuk semakin tumbuh sebagai bangsa yang kuat Lahir Batin. Maka, negara berkewajiban mendidik dan memfasilitasi rakyat Indonesia untuk mengembangkan Sumber Daya Insaninya menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Sehingga Rakyat bisa meningkatkan Kualitas Hidupnya, Bahagia dan Sejahtera Lahir Batin.

Karena itulah dalam kondisi seperti sekarang ini, kita berharap tampilnya pemimpin yang besar, yakni seorang pemimpin yang bukan hanya bisa membawa kita keluar dari wabah corona saja, tetapi bagaimana permasalahan ini bisa menjadikan pencerahan, bisa menjadikan kebangkitan dan bisa kemudian menjadikan suatu kekuatan untuk lebih maju dari bangsa-bangsa lain di dunia.

Dengan demikian, pemimpin bangsa harus mampu menjadikan Keterpurukan Ekonomi di tengah Wabah Covid-19 ini, sebagai Momentum Kebangkitan Spiritual Nasional. Seiring dengan itu, pemerintah perlu melakukan Revitalisasi Nilai-nilai Luhur Budaya Bangsa untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Rakyat. Maka, sudah saatnya kita membenahi kondisi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan mencetuskan renaissance, here and now or never! (az).


This blog is created for your interest and in our interest as well as a website and social media sharing info Interest and Other Entertainment.