-->
logo

Bagaimana Cara Menjadi Manusia Unggul di Tengah Ancaman Pandemi dan Jepitan Resesi Ekonomi?

Hot News

Hotline

Bagaimana Cara Menjadi Manusia Unggul di Tengah Ancaman Pandemi dan Jepitan Resesi Ekonomi?

SKJENIUS.COM, Jakarta.-- IRONIS, Memang! Betapa Tidak? Sudah 75 tahun sejak Proklamasi, namun rakyat Indonesia belum merdeka dari kemiskinan dan pengangguran. Padahal, negara kita memiliki kekayaan alam yang berlimpah, memiliki tanah yang subur dan curah hujan yang tinggi sehingga banyak aktivitas perekonomian dilakukan di bidang pertanian dan peternakan. Indonesia juga terletak pada posisi geografis yang strategis di antara dua benua dan dua samudera.

Namun sayangnya, berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), ternyata jumlah penduduk miskin pada Maret 2020 mencapai 26,42 juta orang. Seiring dengan itu, pada Agustus 2020, Jumlah Pengangguran pun Naik Jadi 9,77 Juta Orang.

Maka, muncullah pertanyaan besar dalam kepala kita masing-masing, Kenapa Banyak Orang Menjadi Miskin di Negara Kaya. Apalagi, di tengah eskalasi pandemi terus bertambah setiap hari, perekonomian kita pun terperosok ke jurang resesi. Itulah kondisi dan fakta yang terjadi di negara kita tercinta Indonesia. Mengapa hal ini terjadi?

Padahal, Orang bilang tanah kita tanah syurga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Terletak di garis khatulistiwa, negri subur dengan keindahan dan ke eksotisan yang luar biasa. Bumi pertiwi dengan segudang harta karun, lalu apa yang tidak dimiliki?

Apa yang Salah dengan Negara kita, lantas Siapa yang harus bertanggung jawab atas semua hal ini?

Revolusi Mindset Untuk Meraih Sukses

Indonesia, bisa dikatakan sebagai negara yang terkaya di dunia dari segi sumber daya alam nya, dari sumber daya alam yang ada di daratan seperti emas, perak, tembaga, nikel uranium, hasil hutan, dan masih banyak lagi. Bukan hanya itu, sumber daya alam yang ada di lautan pun juga melimpah seperti minyak, ikan-ikan, wisata, dan masih banyak lagi. Lalu apa yang tidak dimiliki?

Hanya satu, yaitu kemampuan untuk mengolahnya demi kepentingan rakyatnya. Sebuah sebab yang  berakibat fatal. Ibarat ayam mati di lumbung padi.

Nah, jika, ingin mencari siapa yang salah, sering kali juga kita melemparkan tanggung jawab ini kepada pemerintah atau organisasi-organisasi yang bergerak di bidang sosial dan ekonomi. Lalu. Apakah kita tidak menanggung tanggung jawab juga? Tidak adil rasanya, jika kita hanya menyalahkan pemerintah semata.

Tentu, kita tidak bisa melemparkan tanggung jawab masalah kemiskinan dan pengangguran ini kepada pemerintah semata. Sebagaimana diingatkan oleh seorang mantan presiden Amerika Serikat, John F Kennedy.  , “Jangan Tanyakan Apa yang Negara Berikan Kepadamu Tapi Tanyakan Apa yang Kamu Berikan Kepada Negaramu?”

Jadi, sebagai anak bangsa kita memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam  pembangunan negara. Nah, dalam konteks sebagai warga negara, tentu saja berusaha menunaikan peran-peran kita sebagai warga negara yang baik. Jangan sampai, kita terlalu banyak menuntut hak kita sebagai warga negara tetapi melupakan kewajiban-kewajiban kita juga sebagai warga negara.

Menurut saya, akar masalah yang sesungguhnya terjadi pada negara kita bukan pada pemerintahannya, bukan pada ekonomi yang sedang krisis, bukan karena para pejabat-pejabat yang tidak bisa bekerja secara baik dan tidak berpihak kepada rakyat, akar masalahnya adalah kembali kepada diri kita masing-masing, kita semua mungkin lupa atau memang tidak tahu bahwa Allah sudah mengingatkan dalam surat Ar Ra'du : 11 

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka. ” 

Jadi, mengubah keadaan suatu kaum atau negara adalah urusan Allah. Namun perubahan itu dikaitkan Allah dengan perubahan dalam diri kaum itu sendiri. Maka, tidak akan ada perubahan pada sebuah negara jika rakyatnya tidak mau mengubah nasibnya, tidak mengubah cara pandangnya, tidak mengubah mental dan cara berfikirnya. Maka, diperlukan Revolusi Mindset untuk Meraih Sukses.

Meningkatkan Kualitas Diri untuk Mencapai Tujuan Hidup

Setiap kita bisa menyebutkan satu persatu formulanya, tapi ada satu yang cukup penting untuk program penataan diri ini. Kuncinya adalah Kenal Diri. Bagaimana seseorang akan bisa meningkatkan Kualitas Dirinya, jika dia tidak kenal potensi dirinya sendiri?

Dari pengalaman saya bergaul dengan banyak kalangan, melakukan refleksi atas setiap perjalanan baik pribadi maupun tokoh sejarah ternyata terungkap bahwa siapa yg Tidak Kenal Diri, silit untuk Mencapai Tujuan Hidup.

Untuk itulah perlu kita Kenal Potensi Diri kita sendiri agar seluruh Kekuatan yang sudah dikarunikan Allah itu bisa kita dayagunakan secara sinergis untuk mencapai tujuan hidup kita.

Manusia memiliki Empat potensi, yaitu al-jasad (jasmani), al-aql (akal), dan ar-ruh (ruhani) dan an-nafs (jiwa). Islam menghendaki keempat dimensi tersebut berada dalam keadaan tawazun (seimbang). Perintah untuk menegakkan neraca keseimbangan ini dapat dilihat pada (QS.55:7-9)

Keempat potensi diri ini membutuhkan makanannya masing-masing, yaitu sbb:

  1. Jasmani
  2. Aqal
  3. Ruh (Ruhani)
  4. Jiwa (Nafs)

Jasmani adalah Amanah Allah yang Harus Dirawat

Jasmani atau fisik adalah amanah dari Allah Ta'ala, karena itu harus kita jaga. Dalam sebuah hadis dikatakan, "Mukmin yang kuat itu lebih baik atau disukai Allah daripada mumin yang lemah." (HR.Muslim), maka jasmani pun harus dipenuhi kebutuhannya agar menjadi kuat.

Kebutuhannya adalah makanan, yaitu makanan yang halalan thoyyiban (halal dan baik) (QS.80:24,2:168), beristirahat (QS.78:9), kebutuhan biologis (QS.30:20-21) dan hal-hal lain yang menjadikan jasmani kuat.

Aqal yang Cerdas Menjadikan Manusia Mulia

Yang membedakan manusia dengan hewan adalah aqal. Aqal pulalah yang menjadikan manusia lebih mulia dari makhluk-makhluk lainnya. Dengan aqal manusia mampu mengenali hakikat sesuatu, Mencegahnya dari kejahatan dan perbuatan jelek. Membantunya dalam memanfaatkan kekayaan alam yang oleh Allah diperuntukkan baginya supaya manusia dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifatullah fil-ardhi (wakil Allah di atas bumi) (QS.2:30;33:72).

Aqal, kalau tidak difungsikan akan melemah. Karena ada bagian sel yang hilang dari otak. Asupan untuk aqal itu adalah proses berpikir seperti membaca, belajar, mengkaji, meneliti, dan semua yang menyangkut pengetahuan.

Jadi, Kebutuhan aqal adalah ilmu (QS.3:190) untuk pemenuhan sarana kehidupannya. Karena itulah Islam Mewajibkan Long Life Education, belajaran seumur hidup. “Pelajarilah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat”

Kekuatan Ruh Sangat Luar Biasa

Fisik bisa bergerak hidup kalau ada ruh. Dan ruh inilah yang menggerakan aktivitas manusia. Ruh asalnya dari mana? Hanya Allah yang tahu. Manusia hanya sedikit mengetahui tentang ruh. Ini sebagaimana dalam Alquran Surat Al-Isra (17) ayat 85

Makanan ruh yang adalah ibadah. Seperti ibadah salat, membaca Alquran, sedekah, infak, puasa, dan lainnya. Maka dari itu, ketika seorang muslim diminta ibadah, sebetulnya itu untuk memberi makanan pada ruh agar hidup lebih tenang dan meraih kesuksesan.

Allah memerintahkan setiap orang beriman untuk mengingat-Nya. Dalam istilah aslinya disebut dzikrullah. Allah berfirman,

“Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepada kalian dan bersyukurlah kalian kepada-Ku serta janganlah (sekali-kali) kalian mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS al-Baqarah : 152).

Jadi, pada dasarnya semua ibadah yang dikerjakan namanya zikir (Ingat kepada Allah). Salat itu zikir, baca Alquran itu zikir. Doa itu zikir, doa setelah salat itu zikir. Kenapa mesti zikir, manfaatnya memberikan ketenangan dalam hati. Di hati ini tempatnya ruh. Ruh tempatnya di qolbun (hati). Ruh gak makan, maka fisik gak tenang. Makanan ruh itu ibadah. Ketika kita salat, maka ruh cenderung tenang.

Kekuatan Jiwa dalam Menghadapi Gelombang Hidup

Jiwa merupakan bagian dalam tubuh dan raga kita. Apa yang kita rasakan, apa hasrat terpendam dalam diri kita, serta bagaimana kita melihat dunia punya kaitan yang erat dengan jiwa kita.

Jiwa adalah sumber kekuatan seseorang. Orang yang Jiwanya lemah, akan tampil sebagai sosok yang lemah. Sedangkan orang yang berjiwa kuat akan tampil sebagai sosok yang ‘kuat’ pula. Tentu saja, bukan sekadar dalam arti fisik. Melainkan ‘kekuatan’ pribadinya dalam menghadapi gelombang kehidupan.

Demikian juga dengan perusahaan yang memilik ‘jiwa’ yang kuat, akan menjadi kokoh dalam situasi topan badai, perusahaan yang ber‘jiwa’ lemah akan segera runtuh ketika angin mulai menderu.

Untuk lebih mengenal Jiwa, mari kita simak Slide Berikut ini :

Tiga Kekuatan Jiwa (Quwwatul Insaniyah)

  1. Nafs Ammarah (Ghoddob)
  2. Nafs Lawwamah (Nafs yang Ragu, maka Suka Bolak-balik)
  3. Nafs Muthma’innah ( Jiwa yang tenang dan tentram)

An-Nafsu al-Ammarah (Qs. Yusuf 53) adalah nafsu atau jiwa yang senantiasa mengajak ke dalam kejelekan, keburukan dan kejahatan. Sifatnya angkara murka, sombong dan takabbur.

An-Nafsu al-Lawwamah (Qs. Al Qiyamah 2) adalah nafsu atau jiwa yang suka bolak-balik antara kebaikan dan keburukan. Karena itu ia senantiasa menyesali, meratapi dan menyadari atas perbuatan dosa yang dilakukannya. Namun, kadang-kadang dilakukan lagi. Maka dalam istilah kita masa kini, nafsu ini disebut juga Jiwa sedang Transisi.

An-Nafsu al-Muthma’innah (Qs. Al Fajr 28) adalah nafsu atau jiwa yang tenang, tidak ada rasa takut dan khawatir atas kepastian janji Allah. Ialah jiwa yang sampai pada tingkat kedamaian dan ketenangan. Ia senantiasa menerima atas kehendak Allah (radhiyah), dan iapun direstui kehadiarannya kembali kepada Allah (mardhiyyah).

Karena itulah, Kebutuhan jiwa atau Nafs adalah pengembangan diri. Terutama berkembang dari Nafsu Ammarah menjadi Nafs Muthma’innah. Jangan sampai segala sesuatu di luar diri kita berkembang dan berubah namun kita sendiri tetap sama, tak berkembang dan tak berubah.

Pemenuhan kebutuhan jiwa ini sangat penting, agar jiwa tetap memiliki semangat hidup, tanpa pemenuhan kebutuhan tersebut jiwa akan mati dan tidak sanggup mengemban amanah besar yang dilimpahkan kepadanya.

Nah, dengan mengelola keempat potentsinya tersebut di atas, manusia dapat meraih kebahagiaan hakiki yang merupakan anugerah Allah yang tiada tara. Mereka yang mampu mendayagunakan potensi dirinya secara seimbang dan sinergis dalam kehidupanya, maka mereka tersebut tergolong sebagai hamba yang pandai mensyukuri nikmat Allah. Hamba/manusia seperti inilah yang disebut Manusia Indonesia Seutuhnya. Manusia Unggul yang Cerdas Secara Intelektual dan Kokoh Secara Spiritual. Manusia yang Hidupnya Harmonis, Seimbang, Sehat, Selalu Ceria dan Bahagia.

Semoga Allah, melidungi kita semua, memberi kemudahan dan kelancaran dalam segala upaya kita Mendayagunakan Potensi Diri dengan Harmonis dan Penuh Keseimbangaan. SemogA Allah membimbing kita untuk keluar dengan Selamat dan Sukses dari Kemelut Ekonomi dan Keuangan ini. Aamiin Yaa Rabbal Alamin! (az).

*) Foto Dibuat Sebelum Pandemi

 

 

This blog is created for your interest and in our interest as well as a website and social media sharing info Interest and Other Entertainment.