-->
logo

THE POWER OF IMAN : Allah Mengendalikan Selama Resesi Ekonomi

Hot News

Hotline

THE POWER OF IMAN : Allah Mengendalikan Selama Resesi Ekonomi

SKJENIUS.COM, Jakarta.— SUBHANALLAH! Rakyat Indonesia sedang mendapat ujian berat dari Allah pada tahun 2020 ini. Betapa tidak!? Sudah 75 tahun sejak Proklamasinamun belum juga merdeka dari kemiskinan dan pengangguran. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Pengangguran Februari 2020 Meningkat Jadi 6,68 Juta Orang. Sedangkan angka kemiskinan per Maret 2020 mengalami kenaikan menjadi 26,42 juta orang.

Sementara itu, sejak tahun 2014-2019, ekonomi Indonesia pun gagal meroket! Bahkan  tersungkur pada Kuartal I (Q1) 2020 hanya mencapai 2,97 persen. Nilai itu mendarat jauh dari target kuartal I yang diharapkan mencapai kisaran 4,5-4,6 persen. Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I 2020 Terendah Sejak era Gus Dur. Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan , pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 merupakan posisi yang terendah sejak 2001. Pada tiga bulan pertama 2020, pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 2,97 persen.


Sedangkan di kuartal I 2001 pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 3,87 persen. "Kalau kami lihat itu (pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020) terendah sejak triwulan I tahun 2001," ujar Kepala BPS Suhariyanto melalui video conference, Selasa (5/5).


Mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak! Parahnya, di tengah ekonomi melorot itu, datang pula pandemi corona menghantam sendi-sendi kehidupan masyarakat dan negara. Mungkin itulah sebabnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut wabah virus Covid-19 seperti badai yang sangat sempurna (perpect storm). Karena, pandemi ini telah memorak-porandakan segala sendi kehidupan mulai dari kesehatan, sosial, hingga ekonomi.


Karuan saja, pertumbuhan Ekonomi Indonesia makin amburadul. Akhirnya anjlok! Pertumbuhan Ekonomi RI Minus 5,32 Persen pada Kuartal II-2020. Secara kuartalan, ekonomi terkontraksi 4,19 persen dan secara kumulatif terkontraksi 1,26 persen. Kontraksi ini lebih dalam dari konsensus pasar maupun ekspektasi pemerintah dan Bank Indonesia di kisaran 4,3 persen hingga 4,8 persen. Maka Indonesia pun diprediksi masuk jurang resesi?


Kondisi Indonesia yang terancam resesi tengah eskalasi pandemi yang terus bertambah ini tentu saja membuat khawatir para ekonom senior. Pasalnya, di tengah ancaman resesi itu, Utang Luar Negeri Indonesia makin menggunung. Bank Indonesia mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia mencapai 413,4 miliar dolar AS atau Rp6.082 triliun higga akhir Agustus 2020. Dari jumlah itu, Rp5.594,9 triliun merupakan utang pemerintah, sedangkan sisanya utang swasta.


Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, pemerintah mewariskan utang yang cukup besar bagi masyarakat. Hingga satu tahun masa pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin, setiap warga negara harus menanggung utang negara sebesar Rp20,5 juta. "Utang pemerintah Rp5.594,9 triliun per Agustus 2020 dibagi 272 juta penduduk," kata Bhima kepada IDN Times, Selasa (20/10/2020).


Jadi, seiring problem Kemiskinan dan Pengangguran yang diderita umat, sesungguhnya ada   Tiga Masalah Besaryang dihadapi rakyat dan bangsa Indonesia yakni Eskalasi Pandemi Covid-19 yang terus bertambah, Ancaman Resesi Ekonomi dan setiap warga negara harus Menanggung Utang Negara sebesar Rp.20,5 juta.


Melalui tulisan ringkas ini, saya ingin mengajak para pemirsa untuk bersama-sama kita  memecahkan masalah dan mencari solusi atas beragam problema kehidupan, kesehatan, ekonomi, keuangan, bisnis dan politik yang sedang dihadapi masyarakat dan bangsa Indonesia. Semoga Allah melindungi dan membimbing serta memberi kemudahan kepada kita semua untuk mengatasi pandemi dan resesi. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aamiin!


Allah Is In Control During the Economic Recession


Tahun 2020 telah memperjelas bahwa hidup ini penuh dengan tantangan. Orang menghadapi tantangan dengan keuangan, kesehatan, keluarga, hubungan, bisnis, perselisihan pribadi dan bahkan gonjang-ganjing di arena politik.


Sebagian besar dari kita, tentu sangat terguncang oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi di Tanah Air dan Dunia dalam beberapa bulan terakhir.  Jika Anda seorang pengusaha tentu Anda merasa khawatir akan perkembangan bisnis yang semakin merosot. Sementara itu, memasuki bulan ketujuh Covid-19 di Indonesia, belum ada tanda-tanda penurunan kasus. Pelaku usaha mengaku pusing dengan kondisi ini, justru yang terjadi pertambahan kasus makin ganas. Pada Kamis (22/10/2020), bertambah 4.432, Kini 377.541 Kasus Covid-19 di Indonesia.


Demikian juga, bagi Anda yang menjadi buruh tentu saja was-was akan terkena PHK. Apalagi Dalam Omnibus Law, Pekerja yang Kena PHK Tak Bisa Tuntut Perusahaan? Padahal, hingga 31 Juli 2020, jumlah pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) maupun dirumahkan mencapai 3,5 juta lebih. Karena itulah, bukan hanya khawatir Anda bahkan mungkin takut.  Saya mengerti.  Saya sendiri pernah mengalami kecemasan itu.


 Tapi kita perlu ingat bahwa ketakutan selalu menjadi musuh Keimanan Perekonomian negara adalah Milik-Nya, Pasar keuangan adalah Milik-Nya.  Dunia adalah Milik-Nya. Rezeki pun Sudah Dijamin-Nya. Maka, di masa-masa sulit, penting untuk mengingat apa yang dikatakan-Nya dalam Al-Qur’an: 


“Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Hud ayat 6).


Yang terpenting, ingatlah ini: “Allah, tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya?” (QS. Al Baqarah : 255).


Jadi, yakinlah Allah Mengendalikan Selama Resesi Ekonomi ini (Allah Is In Control During the Economic Recession). Namun demikian, mungkin sikap "makan, minum, dan bergembira" dari orang Indonesia membutuhkan sedikit penyesuaian - seperti halnya sikap para Guru Mursyid kita yang santai secara rohani dan sederhana dalam hal jasmani. 


Kinilah saatnya kita tinggalkan budaya Hedonisme yang dikemas dengan kesenangan. Kita Perlu Melakoni Pola Hidup Sederhana Namun Seimbang. “Dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” ( QS. al-An’am:141).


Selanjutnya dalam menghadapi resesi ekonomi perlu kita renungkan nasehat filsuf bisnis Amerika Jim Rohn, “Bukan apa yang terjadi yang menentukan bagian utama masa depan Anda. Apa yang terjadi, terjadi pada kita semua. Yang terpenting adalah apa yang Anda lakukan terhadap apa yang terjadi.”


Karena itulah l, perlu kita ingat dan sadari bahwa Alllah sering kali menggunakan kesulitan untuk berkah terbesar-Nya - dalam beberapa hal dalam kasus ini.  Orang beriman dipanggil untuk melakukan hal-hal terbaik di saat-saat terburuk. Bawa serta Allah dalam menjalani kondisi terburuk Anda dan fokuskan kepada Apa yang Anda kerjakan untuk keluar dari masalah tersebut


Keterbatasan manusia merupakan hal yang pasti dirasakan dan disadari oleh dirinya dan itu adalah sebuah kunci Allah bekerja dalam hidup orang tersebut untuk membantu melewati keadaan tidak menyenangkan tersebut.


Allah yang Anda sembah adalah Rabb yang sanggup melakukan segala sesuatu, bahkan yang tidak mungkin sekalipun. Bagian manusia adalah melakukan apa yang bisa Anda lakukan untuk keluar dari keadaan tersebut. Konsep berserah diri kepada Allah janganlah dijadikan sebagai senjata hanya menunggu jawaban Allah,tetapi Anda juga harus melakukan sesuatu.


“Sesungguhnya Allah Tidak Akan Mengubah Keadaan Suatu Kaum, Sebelum Kaum Itu Sendiri Mengubah Apa Yang Ada Pada Diri Mereka.” (QS. Ar-Ra’d : 11).


Faith and Government Leaders Discuss Solutions to Economic Recession


Saudaraku, mungkin sudah berulangkali saya sampaikan bahwa Resesi Ekonomi yang melanda dunia saat ini, bukanlah sekadar gejala atau dinamika ekonomi biasa. Namun, sesungguhnya resesi di tengah jepitan pandemi ini adalah sebuah Pepeling dari Langit untuk Umat Manusia. Sekaligus lonceng kematian bagi sistem ekonomi Kapitalis dan Sosialis


Sebagaimana kita ketahui Kapitalisme dan Sosialisme itu berakar pada Sekularisme. Sedangkan Sekularisme adalah sistem etika yang berdiri diatas prinsip-prinsip moralitas alami dan bebas dari pengaruh agama dan supernaturalisme. Dengan demikian orang-orang Sekuler memisahkan urusan Ekonomi dan Politik dari Nilai-nilai Agama, Etika, Moral dan Spiritual. 


Karena itulah, Sistem Ekonomi Kapitalis dan Sosialis menyuburkan semangat Individualisme karena itu, mengutamakan prinsip kebebasan individu (individual freedom), Masyarakat pasar bebas (free market society), ditopang oleh Bank dengan sistem Riba dan Uang Kertas (Flat Money). Dengan kata lain sistem Kapitalis berazaskan Materialisme semata. 


Maka, menurut saya, terjadinya Resesi Ekonomi di 49 Negara kapitalis, termasuk Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa adalah karena adanya ketidakseimbangan antara unsur material dan aspek spiritual dalam sistem ekonomi, bisnis dan keuangan mereka. Mungkin itulah sebabnya Paus Fransiskus Menilai Kapitalisme Gagal Lindungi Kemanusiaan Selama Pandemi


Dalam ensiklik terbarunya, Paus Fransiskus berbicara tentang kapitalisme dan pandemi corona. Pemimpin tertinggi Katolik Roma itu mencela "teori ajaib" kapitalisme yang menurutnya sering dipandang "sebagai satu-satunya solusi untuk masalah sosial."


“Kerapuhan sistem dunia dalam menghadapi pandemi telah menunjukkan bahwa tidak semuanya dapat diselesaikan dengan kebebasan pasar," tulisnya.


Sehubungan dengan hal tersebut di atas, saya sependapat dengan Sandiaga Uno yang mengingatkan, pandemi ini dapat mengubah portfolio serta prinsip ekonomi Indonesia yang saat ini menurutnya lebih cenderung ke arah ekonomi berbasis kapitalis.


"Melalui pandemi ini, bisa jadi pengingat kita, mungkin ekonomi kita yang saat ini terlalu kapitalis yang pertumbuhannya dari dulu terus naik dan naik namun diakibatkan pandemi, pertumbuhannya malah tidak berkelanjutan,” tukasnya.


Maka, sekaranglah waktunya pemerintah dan para ‘Ulama serta pemimpin agama untuk duduk bersama agar bisa membahas solusi untuk  mengatasi resesi ekonomi ini (Faith and Government Leaders Discuss Solutions to Economic Recession). Sehingga  para pemimpin agama dan pejabat pemerintah dapat menemukan solusi terbaik dalam menghadapi kemerosotan ekonomi secara holisitik sesuai Petunjuk Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam kesempatan itu, para Pemimpin Agama pun dapat memberikan saran tentang bagaimana caranya membantu masyarakat yang sudah kehilangan pekerjaan dan mengatasi peningkatan kemiskinan.


 Menurut saya, setidaknya ada 7 topik yang perlu dibahas dalam pertemuan tersebut, antara lain:

  1. Menambatkan Kembali Sistem Perekonomian Indonesia ke Jangkar Spiritual;
  2. Meningkatkan Pembangunan Sumber Daya Manusia Seutuhnya;
  3. Pemanfaatan Lahan dan Sumber Daya Alam serta Pembagiannya secara Adil dalam Kerangka Pembangunan Nasional; 
  4. Meningkatkan Potensi Dalam Megeri Indonesia Menjadi Kekuatan Ekonomi Global;
  5. Pemberdayaan dan Pelibatan Masyarakat Adat dalam Pembangunan Nasional;
  6. Upaya Mewujudkan Swasembada Pangan Berbasis Pesantren dan Masyarakat Adat;
  7. Rekonstruksi Sistem Ekonomi Indonesia Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Demikianlah sumbang saran saya kepada Pemerintah Jokowi-Ma’ruf, Para ‘Ulama, Para Pemimpin Agama, Pemerhati dan Ahli Ekonomi serta kalangan Dunia Usaha maupun Individu yang peduli dengan masa depan perekomian Indonesia.


Mari kita jadikan resesi ekonomi ini sebagai titik balik (turning point) sistem Ekonomi Indonesia menuju Indonesia Adil Makmur demi terwujudnya Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia. 


Semoga uraian singkat ini dapat bermanfaat untuk kita semua, terutama dalam upaya kita mengatasi resesi ekonomi dan semoga kita bisa mengambil Hikmah dan Peluang Besar yang disediakan Allah bersama datangnya musibah itu. Sometimes the world needs a Economic Recession : Turning challenges into opportunities! (az).




This blog is created for your interest and in our interest as well as a website and social media sharing info Interest and Other Entertainment.