-->
logo

MENYADARI TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH ALLAH DI BUMI NUSANTARA DI TENGAH PANDEMI COVID-19

Hot News

Hotline

MENYADARI TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH ALLAH DI BUMI NUSANTARA DI TENGAH PANDEMI COVID-19


Jakarta, SKJENIUS.COM.- Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un. Penyebaran virus corona atau Covid-19 merupakan teror nyata bagi kehidupan manusia di muka Bumi. Bagaimana tidak, Pandemi virus Corona tidak hanya mengancam kesehatan fisik, namun juga kesehatan mental setiap individu. Tidak hanya rasa takut, efek psikologis yang ditimbulkan pun bisa berdampak serius. 


Seiring dengan itu, virus dari Wuhan, Cina  telah memporak porandakan tatanan ekonomi dunia. Tak terkecuali pasar saham di Amerika Serikat (AS). Pandemi Corona pun melumpuh perdagangan dan industri Cina serta mengubur ambisi cina menguasai dunia lewat jalur sutra baru. Sementara itu, Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Indonesia l, Suryo Utomo menyebut pandemi covid-19 menghantam perekonomian Indonesia dalam bentuk badai yang sempurna atau perfect storm


Namun demikian, sebagai seorang Spiritual Business and Politic Consultant, saya mengajak para pemirsa untuk memandang musibah yang Menimbulkan Kecemasan ini

dengan lensa spiritual. Pada hakikatnya pandemi virus Corona menyadarkan umat manusia bahwa di atas langit masih ada langit. Prahara Corona menyadarkan umat manusia bahwa di atas kekuasaan manusia yang paling berkuasa masih ada Yang Maha Kuasa. 


Maka, di tengah musibah yang melanda Bumi Nusantara ini, sebagai muslim, kita perlu menyadari pentingnya penguatan kesadaran ketuhanan. Artinya, kita perlu menyadari adanya sumber energi yang jauh lebih besar untuk menyelami dan menjelajahi kedalaman spiritual kedirian.


Perlu adanya kesadaran untuk terus kembali mengingat tujuan kita sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Berikut tujuan penciptaan manusia dalam Islam. Tugas manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi ini dapat dipahami dari firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah : 30, 


“Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat: “sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. “mereka berkata :” Mengapa engkau hendakmenjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akn membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami enantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”  Allah berfirman : ”sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.


Kata khalifah dalam bahasa Inggris satu ide dengan kata “Representative” atau “successor”, yang punya konotasi “perwakilan”. Apa makna menjadi perwakilan Allah di Bumi? Banyak tafsir sepakat bahwa hal tersebut berarti kita ditugasi “mengurusi” Bumi dengan segala sumber dayanya, baik yang hidup maupun yang tidak. Dari sejak Nabi Adam alaihissalam diturunkan ke Bumi, apakah manusia sudah berhasil?


Saya ingin mengajak saudara-saudari seiman untuk berkaca terkait status khalifah manusia secara umum: “Apa yang sudah kita lakukan?” Apakah kita sebagai manusia telah menjadi perwakilan yang baik? Apakah kita telah sungguh layak menjadi penerus? “Perwakilan Allah”? Sudah Berhasilkah, kita Sebagai Khalifah-Nya di Muka Bumi Nusantara ini⁉️🤭


Mungkin kita belum pernah mendengar khotbah Jum’at atau Tabligh Akbar yang sungguh-sungguh menanyakan hal ini kepada para jamaah. Nampaknya, melalui Pandemi Corona ini, Allah ingin mengevaluasi apa yang sudah kita lakukan sepanjang hayat kita selama ini?


Tugas manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi antara lain menyangkut tugas mewujudkan kemakmuran di muka bumi (Q.S Hud : 61 ), serta mewujudkan keselamatan dan kebahgiaan hidup di muka bumi  (Q.S al-maidah : 16), dengan cara beriamn dan beramal shaleh (Q.S Al-ra’ad : 29), bekerjasama dalam menegakkan kebenaran dan bekerjasama dalam menegakkan kesabaran (Q.S Al-Ashr : 1-3). 


Karena itu tugas kekhalifahan merupakan tugas suci dan amanah dari Allah sejak manusia pertama hingga manusia akhir zaman yang akan datang, dan merupakan perwujudan dari pelaksanaan pengabdian kepada-Nya (‘abdullah).  


Untuk itu, Manusia dianugerahi potensi dan kemampuan eksplorasi, dan kemampuan jelajah, dan kemampuan menjadi frontier. Itulah fitrah manusia yang hakiki.

Sejatinya, manusialah satu-satunya mahlukh yang punya kemampuan gerak ke mana dan di ruang mana saja, baik itu darat, laut maupun udara, bahkan mengembara ke Alam Ghaib.


Disadari atau tidak manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan substansial. Kecenderungan intelektual, pengetahuan dan keluhuran berpikir, kecenderungan egois, prinsipil dan kepentingan personal, kecenderungan menarik diri dari keramaian kehidupan sosial, dan kecenderungan mengendapkan diri dari berbagai hiruk pikuk keduniawian.


Pertanyaannya adalah, bagaimana semua itu bisa disadari oleh kita? Khususnya saya selama ini.


Menukil dari apa yang disampaikan oleh Guru Mursyid kita, Allahyarham H. Permana Sasrarogawa bahwa “Terkadang manusia cenderung berlarut-larut dalam keadaan susah, atau ketika apa yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.”


Dengan kata lain manusia cenderung merasa menjadi hamba ketika berderet-deret kesusahannya, dan akan melupakan kondisi kehambaannya ketika sedang bahagia.

Menumbuhkan kesadaran dari hati adalah keniscayaan. Di mana manusia memiliki sikap untuk mengendalikan diri. Dengan pengetahuan pastinya. 


Jika hewan saja mampu membedakan berbagai makanan, menikmati sebagian dan tidak berharap lainnya, maka manusia makhluk yang paling mulia ini niscaya juga bisa.


Maka, marilah kita sadari bahwa kita telah dibekali dengan berbagai kecerdasan atau potensi yang luar biasa oleh Allah di dalam diri kita masing-masing. Jadi, barangsiapa mampu Menggali dan Mendayagunakan potensi dirinya sebagai Khalifah Allah di Bumi Nusantara, Insya Allah, dia akan sukses Keluar dari Berbagai Dampak Negatif Pandemi Covid-19.


“You have the power within yourself to make anything possible, you must diminish the doubt and ignite the self belief”. – Leon Brown. (az)

This blog is created for your interest and in our interest as well as a website and social media sharing info Interest and Other Entertainment.